http://picasion.com/gl/2jwY/


widgets
http://picasion.com/gl/1Nts/

PENGHUNI SYURGA SAJA MENYESAL, BAGAIMANAKAH LAGI PENYELAN YANG TIADA TARA DI PENDUDUK NERAKA


how to make an animated gif


Rasalullah Shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda: “

Tidak ada sesuatu yang lebih disesali oleh para penghuni surga selain atas satu saat yang pernah mereka lalui di dunia, yang tidak mereka gunakan untuk mengingat Allah.” ( HR. Ath-Thobroni ) Subhanallah… Para penghuni surga menyesal karena mereka pernah melewati suatu waktu yang tidak dimanfaatkan untuk mengingat Allah. Mereka menyesal karena ketika di dunia mereka telah menyia- nyiakan waktu dan tidak menggunakannya untuk berdzikir kepada Allah. Ibnu Qoyyim pernah berkata, “ Sungguh setiap nafas yang keluar dan keringat yang menetes bukan pada jalan Allah dan aktivitas yang bermanfaat, kelak hari kiamat adalah penyesalan- penyesalan”. Beliau juga pernah berkata, “Waktu, pada hakikatnya adalah umur bagi manusia. Ia adalah modal kehidupan abadi di surga kenikmatan, tetapi juga modal kehidupan sengsara dalam adzab yang pedih di neraka. Waktu berjalan cepat, secepat perjalanan awan. Maka barangsiapa waktunya semata untuk Allah dan berada di jalan-Nya, maka waktu akan menjadi nafas dan umurnya. Sebaliknya, jika waktu digunakan untuk selainnya, maka waktu tidak terhitung sebagai bagian hidupnya. Sebab ia menjalani hidup ini bagaikan kehidupan binatang. Dan apabila ia menghabiskan waktunya dalam kelalaian dan angan- angan semu, maka ia lebih baik mati saja.” ( dinukilkn dari kitab Al-Jawabul Kafi) Nah,, untuk itu, mari kita berusaha sepenuh hati dan berlomba-lomba untuk menjadi penghuni surga yang tidak menyesal. (allahu a' lam) ##sambungan dari saya## Jangan sedih bila orang lain tidak memahami anda.. Tapi sedihlah karena anda tidak mau memahami orang lain. Jangan sedih bila orang lain tidak mempercayai anda.. Tapi sedihlah karena anda tidak percaya diri sendiri. Jangan sedih bila orang lain tidak memberi kesempatan kepada anda.. Tapi sedihlah karena anda belum buat persiapan. Jangan sedih bila orang lain tidak menghargai anda.. Tapi sedihlah karena anda tidak bisa menghargai orang lain. Jangan sedih bila orang lain menghina anda.. Tapi sedihlah karena anda membuat hina diri sendiri. Jangan sedih bila orang lain memaki anda.. Tapi sedihlah karena anda bermulut jahat pada orang lain. Jangan sedih orang selalu mengritik kita.. Tapi sedihlah karena anda tak pernah mau perbaiki diri. Jangan sedih karena anda selalu jatuh.. Tapi sedihlah karena anda tak mau bangkit kembali. Jangan sedih karena perjalanan hidup anda pahit getir.. Tapi sedihlah karena anda tak pernah belajar dari pengalaman. INGATLAH.. Kunci masalah selalu ada dalam diri, bukan di luar

PERTANYAAN JAWAB PADA SAAT ADZAN


making gifs


1. Pada saat Adzan Magrib, apakah Menjawab Adzan atau Menyegerakan Berbuka Puasa.? 2.

Apakah ketika Adzan Fajar, masih boleh makan/minum ? JAWABAN : :
Alhamdulillah, Para ulama’ berbeda pendapat (tentang) hukum menjawab
azan dan mengikutinya ucapan adzan. Yang benar –pendapat kebanyakan
ulama- bahwa mengikuti azan adalah sunnah, tidak wajib. Ini adalah
pendapat Malikiyah, Syafi’ iyyah dan Hanabilah. Imam Nawawi rahimahullah
berkata dalam kitab Majmu’, (3/127) : “Madzhab kami adalah bahwa
mengikuti (ucapan azan) adalah sunnah, bukan wajib. Ini adalah pendapat
kebanyakan (jumhur) ulama ( sebagaimana) diceritakan oleh Ath-Thahawi.
(Pendapat ini) berbeda dengan (pendapat) sebagian ulama yang
mewajibkannya.” Dalam kitab Al-Mughni (1/256) diriwayatkan dari Imam
Ahmad, beliau berkata: ”Kalau dia tidak mengucapkan seperti ucapan
(muadzin) maka tidak mengapa.” Yang menunjukkan hal tersebut adalah
sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam kepada Malik bin
Al-Huwairits dan orang bersamanya: ”Jika datang (waktu) shalat,
hendaklah salah satu di antara kamu ( mengumandangkan) azan dan
hendaklah orang yang lebih tua menjadi imam.” Hal ini menunjukkan bahwa
mengikuti (muadzin) tidak wajib. Kesimpulan dari dalilnya adalah
waktu itu adalah saatnya untuk mengajarkan dan memberikan penjelasan
yang perlu untuk dijelaskan. Sedangkan mereka adalah rombongan yang
belum mengetahui terhadap apa yang dikatakan Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam tentang mengikuti (ucapan) azan. Maka,
ketika Nabi shallallahu’ alaihi wasallam tidak memerintahkan mereka,
padahal ( waktu itu) sangat dibutuhkan –dan mereka sebagai utusan yang
tinggal selama dua puluh hari kemudian pulang- menunjukkan bahwa
menjawab (azan) tidak wajib. Pendapat ini lebih dekat dan lebih kuat”.
(Syahul- Mumti’, 2/75) Malik meriwayatkan dalam kitab Al- Muwaththa
(1/103) dari Ibnu Syihab dari Tsa’labah bin Abi Malik Al-Quradhi,
sesungguhnya dia mengabarkan: “ Bahwa mereka pada zaman Umar bin Al-
Khatab baru mulai menunaikan shalat Jum’at jika Umar keluar. Kalau
Umar sudah keluar dan naik mimbar dan muazain ( mengumandangkan) azan. –
Ketika itu sebagaimana dikatakan Tsa’labah- “Kami duduk dan saling
berbincang”. Ketika muadzin telah selesai (mengumandangkan adzan) dan
Umar berdiri memulai khutbah, baru kami diam dan tak ada seorang pun
yang berbicara.” Ibnu Syihab berkata: “Keluarnya Imam (menuju mimbar
khutbah) memutus shalat dan perkataannya (ketika imam mulai khutbah)
memutus pembicaraan”. Syaikh Al-Albany rahimahullah berkata dalam kitab
Tamamul Minnah ( 340) : “Atsar ini (riwayat dari shahabat) merupakan
dalil tidak wajibnya menjawab muadzin, karena berbincang sewaktu
terdengar azan telah diamalkan pada zaman Umar dan beliau
mendiamkannya. Saya sering ditanya tentang dalil yang mengalihkan
perintah menjawah azan dari (hukum) wajib? Maka saya menjawab dengan
(dalil) ini” Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka tidak berdosa
bagi yang tidak menjawab muazin dan tidak mengikutinya. Baik disibukkan
dengan makanan atau lainnya, akan tetapi dia kehilangan pahala yang
agung di sisi Allah Ta’ala. Telah diriwayatkan Muslim (385) dari Umar
bin Al-Khatab radhiallahu’anhu, dia berkata: Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam bersabda: ُﻥِّﺫَﺆُﻤْﻟﺍ َﻝﺎَﻗ ﺍَﺫِﺇ :
ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﺮَﺒْﻛَﺃ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﺮَﺒْﻛَﺃ . َﻝﺎَﻘَﻓ ْﻢُﻛُﺪَﺣَﺃ : ُﻪَّﻠﻟﺍ
ُﺮَﺒْﻛَﺃ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﺮَﺒْﻛَﺃ . َﻝﺎَﻗ َّﻢُﺛ : ْﻥَﺃ ُﺪَﻬْﺷَﺃ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻻِﺇ
َﻪَﻟِﺇ ﻻ . َﻝﺎَﻗ : ﻻ ْﻥَﺃ ُﺪَﻬْﺷَﺃ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻻِﺇ َﻪَﻟِﺇ . َّﻢُﺛ َﻝﺎَﻗ :
َّﻥَﺃ ُﺪَﻬْﺷَﺃ ُﻝﻮُﺳَﺭ ﺍًﺪَّﻤَﺤُﻣ ِﻪَّﻠﻟﺍ . َﻝﺎَﻗ : ُﺪَﻬْﺷَﺃ ُﻝﻮُﺳَﺭ
ﺍًﺪَّﻤَﺤُﻣ َّﻥَﺃ ِﻪَّﻠﻟﺍ . َﻝﺎَﻗ َّﻢُﺛ : َّﻲَﺣ ِﺓﻼَّﺼﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ . َﻝﺎَﻗ :
ﻻِﺇ َﺓَّﻮُﻗ ﻻَﻭ َﻝْﻮَﺣ ﻻ ِﻪَّﻠﻟﺎِﺑ . َﻝﺎَﻗ َّﻢُﺛ : ِﺡﺎَﻠَﻔْﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ
َّﻲَﺣ . َﻝﺎَﻗ : ﺎَﻟَﻭ َﻝْﻮَﺣ ﻻ ِﻪَّﻠﻟﺎِﺑ ﻻِﺇ َﺓَّﻮُﻗ . َﻝﺎَﻗ َّﻢُﺛ :
ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﺮَﺒْﻛَﺃ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﺮَﺒْﻛَﺃ . َﻝﺎَﻗ : ُﺮَﺒْﻛَﺃ ُﻪَّﻠﻟﺍ ُﺮَﺒْﻛَﺃ
ُﻪَّﻠﻟﺍ . َّﻢُﺛ َﻝﺎَﻗ : ﻻِﺇ َﻪَﻟِﺇ ﻻ ُﻪَّﻠﻟﺍ . َﻝﺎَﻗ : َﻪَﻟِﺇ ﻻ
ِﻪِﺒْﻠَﻗ ْﻦِﻣ ُﻪَّﻠﻟﺍ ﻻِﺇ َﺔَّﻨَﺠْﻟﺍ َﻞَﺧَﺩ “Jika muadzin mengucapkan
Allahu akbar allahu akbar (Allah Maha Besar Allah Maha Besar), maka
hendaklah seseorang mengucapkan Allahu Akbar, Allahu akbar, kemudian
jika dia (muadzin) mengucapkan Asyhadu allaa ilaaha illallah (aku
bersaksi tiada tuhan yang hak untuk diibadahi melainkan Allah) maka
mengucapkan Asyhadu allaa ilaaha illallah, kemudian jika dia (muadzin)
mengcapkan Asyhadu annaa Muhammadarrasuulullah (Aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah utusan Allah), maka dia mengucapkan Asyhadu annaa
Muhammadarrasuulullahِ. Kemudian, jika dia (muadzin) mengucapkan hayyaa
‘ alashshalaah (Mari menunaikan shalat), hendaklah dia mengucapkan Laa
haula walaa quwwataa illaa billaah ( Tiada daya dan kekuatan melainkan
dari Allah). Kemudian jika (muadzin) mengucapkan hayaa ‘alal falaah
(Mari meraih kemenangan), maka hendaknya dia mengucapkan Laa haula
walaa quwwataa illaa billaah. Kemudian jika (muadzin) mengucapkan
Allahu Akbar, Allahu akbar, (maka dia mengikuti dengan) mengucapkan
Allahu Akbar, Allahu akbar . Kemudian (jika muadzin) mengucapkan Laa
ilaaha illallah (Tiada tuhan yang hak untuk diibadahi melainkan Allah).
(Maka dia mengikuti dengan) mengucapkan Laa ilaaha illallah. (Jika
semua itu diucapkan ikhlas) dari hatinya, maka (dia akan) masuk
surga.” Tidak ada kontradiksi antara menyegerakan berbuka puasa dengan
mengikuti (ucapan) muadzin. Orang yang berpuasa dapat bersegera berbuka
langsung saat matahari telah tebenam, sementara pada waktu yang sama
(dia dapat juga menjawab ucapan muazin. Maka dia dapat menggabungkan
antara dua keutamaan. Keutamaan menyegerakan berbuka dan keutamaan
menjawab (ucapan) muadzin. Orang-orang dahulu dan sekarang terbiasa
berbicara ketika sedang makan. Mereka tidak menganggap makanan sebagai
penghalang untuk berbicara. Perlu diperhatikan juga bahwa berbuka boleh
dengan apa saja yang dapat dimakan orang yang berpuasa meskipun hanya
sedikit saja seperti kurma atau seteguk air. Maksudnya bukan berarti
dia harus makan sampai kenyang. Pembahasan ini juga berlaku ketika
azan fajar (pertama sebelum masuk waktu fajar) sementara dia sedang
makan sahur. Maka mungkin digabungkan (antara makan dan menjawab ucapan
muadzin) tanpa ada kesulitan yang berarti. Akan tetapi, apabila
muazin (telah mengumandangkan) azan Fajar setelah masuk waktu (Fajar),
maka seseorang tidak boleh lagi makan dan minum apabila telah
mendengarkan azannya. Wallahu’alam..

YUK KITA SEKEDAR MERENUNG BENAR DAN TIDAK NYA


how do you make gifs


animator gif

sekedar merenung benar dan tidknya yuk baca.




Sering kita melihat diantara saudara-saudara kita apabila mereka telah
selesai berdo’a, mereka mengusap muka mereka dengan kedua telapak
tangan.. Mereka yang mengerjakan demikian, ada yang sudah mengetahui
dalilnya akan tetapi mereka tidak mengetahui derajat dalil itu, apakah
sah datangnya dari Nabi shallallau ‘alaihi wa sallam atau tidak .? Ada
juga yang mengerjakan karena turut- turut (taklid) saja. Oleh karena
itu jika ada orang bertanya kepada saya : “Adakah dalilnya tentang
mengusap muka dengan kedua telapak tangan sesudah selesai berdo’a dan
bagaimana derajatnya, sah atau tidak datangnya dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam ..? Maka saya jawab ; “ Tentang dalilnya ada beberapa
riwayat yang sampai kepada kita, akan tetapi tidak satupun yang sah
(shahih atau hasan) datangnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam”. Untuk itu ikutilah pembahasan saya di bawah ini, mudah-
mudahan banyak membawa manfa’at bagi saudara- saudara ku Hadits Pertama
“Artinya : Dari Ibnu Abbas, ia berkata ; “Telah bersabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam : Apabila engkau meminta ( berdo’a) kepada
Allah, maka hendaklah engkau berdo’a dengan kedua telapak tanganmu,
dan janganlah engkau berdo’a dengan kedua punggung (telapak tangan).
Apabila engkau telah selesai berdo’a, maka usaplah mukamu dengan kedua
telapak tanganmu”. [Riwayat Ibnu Majah No. Hadits 181 dab 3866 ]
Hadits ini derajatnya sangatlah lemah/dla’if. Karena di sanadnya ada
seorang (rawi) yang bernama SHALIH BIN HASSAN AN-NADLARY. Tentang dia
ini telah sepakat ahli hadits melemahkannya sebagaimana tersebut di
bawah ini : [1 ]. Kata Imam Bukhari, “Munkarul hadits (orang yang
diingkari hadits/riwayatn ya)”. [2 ]. Kata Imam Abu Hatim, “Munkarul
hadits, dla’if.” [3 ]. Kata Imam Ahmad bin Hambal, “Tidak ada
apa-apanya (maksudnya : lemah)”. [ 4]. Kata Imam Nasa’I, “Matruk (orang
yang ditinggalkan haditsnya)” [5 ]. Kata Imam Ibnu Ma’in, Dia itu
dla’if. [6 ]. Imam Abu Dawud telah pula melemahkannya. [Baca :
Al-Mizanul 'Itidal jilid 2 halaman 291 , 292 ] Imam Abu Dawud juga
meriwayatkan dari jalan Ibnu Abbas, akan tetapi di sanadnya ada seorang
rawi yang tidak disebut namanya (dalam istilah ilmu hadits disebut
rawi mubham). sedang Imam Abu Dawud sendiri telah berkata : “Hadits
inipun telah diriwayatkan selain dari jalan ini dari Muhammad bin Ka’ab
al- Quradzy (akan tetapi) semuanya lemah. Dan ini jalan yang
semisalnya, dan dia ini (hadits Ibnu Abbas) juga lemah”. [Baca Sunan
Abi Dawud No. hadits 1485 ] Hadits Kedua Telah diriwayatkan oleh Saa-ib
bin Yazid dari bapaknya (Yazid) : “Artinya : Bahwasanya Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila beliau berdo’a mengangkat kedua
tangannya, ( setelah selesai) beliau mengusap mukanya dengan kedua
(telapak) tangannya”. [Riwayat : Imam Abu Dawud No. hadits 1492 ] Sanad
hadits inipun sangat lemah, karena di sanadnya ada rawi-rawi : [1 ].
IBNU LAHI’AH, Dia ini seorang rawi yang lemah[1] [2 ]. HAFSH BIN HASYIM
BIN ‘UTBAH BIN ABI WAQQASH, Dia ini rawi yang tidak diketahui/ diken
al (majhul). [Baca : Mizanul 'Itidal jilid I halaman. 569 ]. Hadits
Ketiga Telah diriwayatkan oleh Umar bin Khattab, ia berkata : “Artinya :
Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila mengangkat
kedua tangannya waktu berdo’a, beliau tidak turunkan kedua (tangannya)
itu sehingga beliau mengusap mukanya lebih dahulu dengan kedua (
telapak) tangannya”. [Riwayat : Imam Tirmidzi] Hadits ini sangat lemah,
karena disanadnya ada seorang rawi bernama HAMMAD BIN ISA AL- JUHANY.
[1 ]. Dia ini telah dilemahkan oleh Imam-imam : Abu Dawud, Abu Hatim
dan Daruquthni. [2 ]. Imam Al-Hakim dan Nasa’i telah berkata : Ia telah
meriwayatkan dari Ibnu Juraij dan Ja’far Ash-Shadiq hadits- hadits
palsu. [Baca : Al-Mizanul 'Itidal jilid I hal. 598 dan Tahdzibut-Tahdz
ib jilid 3 halaman. 18-19 ] Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :
“ Adapun tentang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kedua
tangannya di waktu berdo’a, maka sesungguhnya telah datang padanya
hadits-hadits yang shahih (lagi) banyak (jumlahnya). Sedangkan tentang
beliau mengusap mukanya dengan kedua (telapak) tangannya (sesudah
berdo’a), maka tidak ada padanya ( hadits yang shahih lagi banyak),
kecuali satu-dua hadits yang tidak dapat dijadikan hujjah (alasan
tentang bolehnya mengusap muka dengan kedua telapak tangan sesudah
berdo’anya”. [Baca : Fatawa Ibnu Taimiyah jilid 22 halaman 519 ]. Saya
berkata : Perkataan Ibnu Taimiyah tentang Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya telah datang padanya
hadits-hadits yang shahih lagi banyak, sangat benar dan tepat sekali.
Bahkan hadits- haditsny a dapat mencapai derajat mutawatir karena telah
diriwayatkan oleh sejumlah sahabat. Di bawah ini saya sebutkan
sahabat yang meriwayatkannya dan Imam yang mengeluarkan haditsnya : [1
]. Oleh Abu Humaid ( Riwayat Bukhari dan Muslim). [2 ]. Oleh Abdullah
bin Amr bin Ash (Riwayat Bukhari dan Muslim). [3 ]. Oleh Anas bin Malik
(Riwayat Bukhari) tentang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a di
waktu perang Khaibar dengan mengangkat kedua tangannya. [4 ]. Oleh Abu
Musa Al- Asy’ariy (Riwayat Bukhari dan lain-lain). [5 ]. Oleh Ibnu
Umar (Riwayat Bukhari). [6 ]. Oleh Aisyah (Riwayat Muslim). [7 ]. Oleh
Abu Hurairah (Riwayat Bukhari). [8 ]. Oleh Sa’ad bin Abi Waqqash
(Riwayat Abu Dawud). Dan lain-lain lagi shahabat yang meriwayatkan
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, berdo’a dengan mengangkat
kedua tangannya di berbagai tempat. Semua riwayat di atas (yaitu :
tentang Nabi shallallahu ‘ alaihi wa sallam berdo’a mengangkat kedua
tangannya) adalah merupakan fi’il (perbuatan) Nabi shallallahu ‘ alaihi
wa sallam. Adapun yang merupakan qaul ( perkataan/ sabd a) Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada diriwayatkan oleh Malik bin Yasar
(sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), ia berkata : Telah
bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Artinya : Apabila
kamu meminta (berdo’a) kepada Allah, maka mintalah kepada-Nya dengan
telapak tangan kamu, dan janganlah kamu meminta kepada-Nya dengan
punggung (tangan)”. [Shahih Riwayat : Abu Dawud No. 1486 ] Kata Ibnu
Abbas (sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) : “Artinya :
Permintaan (do’a) itu, yaitu : Engkau mengangkat kedua tanganmu
setentang dengan kedua pundakmu”. [Riwayat Abu Dawud No. 1486 ] Kata
Ibnu Abbas (Shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) : “ Artinya :
Permintaan (do’a) itu yaitu engkau mengangkat kedua tanganmu setentang
dengan kedua pundakmu” [Riwayat Abu Dawud No. 1489 ] Adapun tentang
tambahan “mengusap muka dengan kedua telapak tangan sesudah selesai
berdo’a” telah kita ketahui, semua riwayatnya sangat lemah dan tidak
boleh dijadikan alasan tentang sunatnya sebagaimana dikatakan Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah. Jadi yang sunahnya itu hanya mengangkat kedua
telapak tangan waktu berdoa. Adalagi diriwayatkan tentang mengangkat
kedua tangan waktu berdo’a. “Artinya :D ari Abu Hurairah, ia berkata :
Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Wahai
sekalian manusia ! Sesungguhnya Allah itu baik, dan Ia tidak akan
menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah perintahkan
mu’minim sebagaimana Ia telah perintahkan para Rasul, Ia telah
berfirman : “Wahai para Rasul !.. Makanlah dari yang baik- baik, dan
kerjakanlah amal shalih, sesungguhnya Aku dengan apa- apa yang kamu
kerjakan maha mengetahui “. (Surat Al- Mu’minun : 51) . Dan Ia telah
berfirman (pula) : “Wahai orang-orang yang beriman !. Makanlah dari yang
baik-baik apa-apa yang Kami telah rizkikan kepada kamu”. (Surat Al-
Baqarah : 172) . Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyebutkan tentang seseorang yang mengadakan perjalanan jauh dengan
rambut kusut masai dan berdebu. (orang tersebut) mengangkat kedua
tangannya ke langit (berdo’a) : Ya Rabbi ! Ya Rabbi ! ( Kata Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam selanjutnya) : “ Sedangkan makanannya
haram dan minumannya haram dan pakaiannya haram dan diberi makan dengan
yang haram, maka bagaimana dapat dikabulkan (do’a) nya itu”. [Shahih
Riwayat Muslim 3/85 ] Di hadits ini ada dalil tentang bolehnya
mengangkat kedua tangan waktu berdo’a (hukumnya sunat). Ketika Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, menceritakan tentang seseorang yang
berdo’ a sambil mengangkat kedua tangannya ke langit. Orang tersebut
tidak dikabulkan do’anya karena : Makanannya, minumannya, pakaiannya,
dan diberi makan dari barang yang haram atau hasil yang haram[2 ]
KESIMPULAN [1 ]. Tidak ada satupun hadits yang shahih tentang mengusap
muka dengan kedua telapak tangan sesudah berdo’a. Semua
hadits-haditsny a sangat dla’if dan tidak boleh dijadikan alasan
tentang sunatnya. [2 ]. Karena tidak ada contohnya dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka mengamalkannya berarti BID’AH. [3 ].
Berdo’a dengan mengangkat kedua tangan hukumnya sunat dengan
mengambil fi’il dan qaul Nabi shallallahu ‘ alaihi wa sallam yang telah
sah. [4 ]. Ada lagi kebiasaan bid’ah yang dikerjakan oleh kebanyakan
saudara-saudara kita yaitu : Mengusap muka dengan kedua telapak tangan
atau satu telapak tangan sehabis salam dari shalat. [3 ] [Disalin dari
buku Al-Masas-il karya Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat]
__________ Foote Note [ 1]. Apabila yang meriwayatkan dari Abdullah bin
Lahi’ah bukan Abdullah bin Mubarak atau Abdullah bin Wahab atau
Abdullah bin Yazid. Kalau salah satu dari tiga orang di atas
meriwayatkan hadits dari Ibnu Lahi’ah, maka haditsnya Ibnu Lahi’ah
shahih atau sekurang- kurang nya hasan. Sedangkan riwayat di atas tidak
diriwayatkan oleh salah seorang yang saya terangkan di atas. [2 ].
Diantara faedah dari hadits yang mulia ini ialah : (1) . Sunnat
berdo’a dengan mengangkat kedua tangan. (2) . Bertawwassul di dalam
berdo’a dengan nama dan sifat Allah seperti : Ya Rabbi, Ya Rabbi. (3) .
Perintah makan dan minum dari zat yang halal dan dari hasil yang
halal. (4) . Larangan makan dan minum dari zat yang haram seperti babi
dan khamr dan dari hasil yang haram. (5) . Salah satu syarat
diterimanya do’a ialah dengan makan dan minum yang halal. (6) . Salah
satu dari sekian sebab tidak diterimanya do’a seseorang karena makanan
dan minumannya dari yang haram atau diberi makan dari yang haram. [3
]. Ditulis tanggal 5-10-1985

SURAH ALFATIHAH


make a gif


how do i make a gif


1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang[1]. 2 .

Segala puji[2 ] bagi Allah, Tuhan semesta alam[3]. 3 . Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. 4. Yang menguasai[4 ] di hari Pembalasan[5 ]. 5.
Hanya Engkaulah yang Kami sembah[6 ], dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan[7]. 6 . Tunjukilah[8 ] Kami jalan yang lurus, 7.
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan ( pula jalan) mereka yang
sesat.[9] [1 ] Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah ini dengan
menyebut nama Allah. Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai
dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan
sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha Suci, yang berhak disembah
dengan sebenar- benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi
makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu
nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia- Nya
kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi
pengertian bahwa Allah Senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan Dia
selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya. [ 2] Alhamdu (segala
puji). memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik yang
dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berrati:
menyanjung-Nya karena perbuatannya yang baik. lain halnya dengan syukur
yang berarti: mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang
diberikannya. kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah karena
Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji. [3 ] Rabb (tuhan)
berarti: Tuhan yang ditaati yang Memiliki, mendidik dan Memelihara.
Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada
sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). ' Alamiin (semesta
alam): semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan
macam, seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh- tumbuhan, benda-
benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua alam- alam itu. [4 ]
Maalik (yang menguasai) dengan memanjangkan mim,ia berarti: pemilik.
dapat pula dibaca dengan Malik (dengan memendekkan mim), artinya: Raja.
[5 ] Yaumiddin (hari Pembalasan): hari yang diwaktu itu masing-masing
manusia menerima pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk.
Yaumiddin disebut juga yaumulqiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa' dan
sebagainya. [6 ] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan
ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah,
sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai
kekuasaan yang mutlak terhadapnya. [7 ] Nasta'iin (minta pertolongan),
terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat
menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan
tenaga sendiri. [8 ] Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat:
memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat
ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik. [9
] Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat
ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.

Daftar Blog Saya

Banyak hal di Dunia yang takkan sanggup kita fikirkan sendiri, banyak tawa yang tak seru jika dinikmati seorang diri, banyak air mata yang terlalu pedih untuk dialirkan sendiri, untuk itulah kita membutuhkan saudara/teman, membagi setiap kebaikan, mengoreksi tiap kesalahan, Ya Rabb....... Jika sekarang saudara/riku/teman2ku yang sedang tersenyum? Semoga menjadi ibadah, jika bersedih? Semoga kesedihan nya bisa menghidupkan hati dan jiwa. Jika sedang lelah? Semoga kelelahan nya menjadi penggugur dosa dosa. Aamiin ya Allah.
gif

KLIK SITE BUKERAN