Terbentuknya Jagat Raya Menurut Pandangan Al-Quran
-
*BAB I*
*PENDAHULUAN*
*1. * *Latar Belakang*
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME dan sebagai wakil Tuhan di bumi
yang menerima amanat-Nya untuk ...
yang berhak di cintai di atasnya cinta
Dari anas bin malik r.a bahwa Rasulullah saw bersabda: Ada tiga hal yg barangsiapa memi likinya niscaya ia akan menda patkan manisnya iman: (1). Allah ta’ala dan Rasulullah saw lebih ia cintai dari pada yang lainnya, (2). Mencintainya seseorang, tidaklh ia mncntainya melain kan karena Allah ta'ala, (3). Benci untuk kembali kpad kekafiran setelah Allah ta'ala menyelamtkn darinya sebagai mana ia benci dirinya dimasuk kan ke dalam api Merasakan manisnya sesuatu merupakan buah dari cinta trhadapnya. Di kala ssorng mencintai sesuatu atau menyukai lantas menda patkannya, maka ia akan mera sakan manis, lezat dn bahagia karnnya. Demikian pula manis nya iman yg dirsa olh seorang mukmin; kelezatan dan kebahagiaan yang ia dapatkan dalam keimanannya sebanding dengan cinta yang ada dalam dirinya. Dan hal itu akan ia dapatkan dengan melakukan tiga hal yang disebutkan oleh hadits di atas.[2 ] Cinta, sebuah kata yang indah didengar, manis diucapkan, nikmat dirasakan. Cinta adalah karunia dan rohmat dari Allah ta ’ala yang Dia berikan dan Dia bagikan kepada manusia. Segala puji bagi Allah ta’ala yang telah menjadikan cinta sebagai jalan menuju apa yang dicintai-Nya, dan telah menjadikan ketaatan dan ketundukan kepada-Nya sebagai dalil atas kebenaran dan kejujuran cinta. Dia-lah yang telah menggerakkan jiwa dengan cinta menuju kesempunaan. Mahasuci Allah yang telah memalingkan hati kepada yang Dia kehendaki dan untuk apa yang Dia kehendaki dengan kekuasaan-Nya. Dia lah yang menjadikan cinta bercorak dan bercita warna, membagikan cinta kepada para hamba-Nya, memberikan pilihan kepada mereka apa dan siapa yang dicintainya; ada cinta yang mulia dan ada yang hina, ada yang cinta harta, wanita, tahta dan segala yang nista. Namun ada sebuah cinta yang paling mulia, (yaitu) cinta kepada Sang Pencipta cinta, yang telah menciptakan alam semesta dengan cinta, dan untuk cinta, karena pada hakikatnya cinta yang tertinggi dan termulia dari hamba adalah menghamba kepada-Nya. Dan tiada yang berhak menerima cinta termulia ini melainkan Dzat yang seluruh alam semesta harus tunduk kepada-Nya. Karena tidaklah jin dan manusia diciptakan melainkan untuk menghamba kepada- Nya. Dan seluruh cinta harus tunduk di bawah cinta-Nya dan cinta karena-Nya. Semakin bertambah cinta seorang mukmin kepada Allah ta ’ala dan Rasul-Nya, semakin bertambah pula rasa manis imannya. Karena iman memiliki rasa manis dalam hati, kelezatan iman yang tidak diketahui melainkan oleh Allah ta ’ala, itulah cinta di atas cinta[3 ] Cinta Hakiki Cinta Yang Terbukti Cinta butuh kepada bukti untuk bisa diakui kebenaran cintanya. Karena siapapun bisa saja mengaku cinta, namun tidak semua pengakuan cinta itu hakiki dan sejati, dan tidak semua pengakuan cinta itu abadi. Ada tanda-tanda dan bukti cinta yang harus diwujudkan hingga bisa diketahui manakah sebenarnya cinta yang sejati dan mana yang hanya sekedar cinta palsu. Demikian pula apakah cinta itu tulus dan murni ataukah sebenarnya ada keinginan lain dibalik pengakuan cinta, apalagi jika pengakuan cinta itu ditujukan kepada Allah dan Rasul-Nya, atau cinta karena Allah ta ’ala dan benci karena-Nya; tentu bukan pengakuan yang sepele dan mudah diucapkan begitu saja, tetapi disinilah ukuran iman akan ditentukan. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: ”Tidaklah seorang hamba beriman hingga aku menjadi orang yang lebih ia cintai daripada keluarganya, hartanya dan manusia semuanya. ”(HR. Bukhori) Allah ta’ala juga berfirman: ”Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri ” (QS. Al-Ahzab: 6). Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Hisyam radliyallahu ’anhu bahwa ia berkata: Kami bersama Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika itu beliau shallallahu ’alaihi wa sallam menggandeng Umar bin al Khattab radliyallahu ’anhu lalu Umar berkata kepada beliau, ”Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri ”. Maka Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: ”Tidak ![4] Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan Nya, hingga aku menjadi orang yang lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri ” Maka ’Umar radliyallahu’anhu pun berkata kepada beliau, ” Sesungguhnya sekarang, Demi Allah, engkau sungguh lebih aku cintai daripada diriku sendiri ”. Maka beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: ”Sekaranglah wahai Umar !”[5] yakni, baru sekaranglah imanmu sempurna Pedoman Hakikat Cinta Allah ta’ala telah memberikan sebuah pedoman untuk mengetahui hakikat pengakuan cinta seseorang, (yaitu) bahwa yang menjadi ukuran dan bukti cinta seseorang kepada Allah ta’ala adalah sejauh mana dia dalam ber ittiba ’ (mengikuti petunjuk) Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Allah berfirman: ْلُق نِإ ْمُتنُك َنوُّبِحُت َهللا يِنوُعِبَّتاَف ُمُكْبِبْحُي ُهللا ْرِفْغَيَو ْمُكَل ْمُكَبوُنُذ ُهللاَو ُُروُفَغ ُُميِحَّر ”Katakanlah: ’Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian ’. Allah Maha Pengampun dan Penyanyang ” (QS. Ali-’Imron: 31) Ittiba’ kepada Rasulullah merupakan bukti cinta hamba kepada Allah ta ’ala. Dan Allah ta’ala memberikan janji kepada hamba-Nya berupa balasan cinta-Nya ketika memenuhi syarat cinta. Karena yang paling penting dan paling agung bukanlah pengakuan hamba bahwa ia mencintai-Nya, namun yang paling penting dan agung adalah ketika ia dicintai dan dibalas cintanya oleh yang dicintainya. Ayat ini juga menunjukkan bahwa ittiba ’kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah bukti dan realisasi pengakuan cinta seseorang kepada Rasulullah yang harus didahulukan dan diletakkan di atas cinta kepada yang lainnya. Dan inilah hakikat cinta kepada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam yang sebenarnya. Barangsiapa yang menyelisihi, menyimpang dan meninggalkan ittiba ’, apalagi mengolok-olok, meremehkan, menghina dan menghujat sunnah Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, berarti dia telah bermaksiat kepada Allah ta ’ala, sekaligus menafikan kesempurnaan atau bahkan seluruh imannya. Hanya kepada-Nya lah seharusnya kita memberikan cinta di atas cinta. Walillahil mahabbah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ARTIKEL POSTS
30 SITUS BERBAHAYA DI DUNIA RIWAYAT PEZINA DI JAMAN MB MUSA AS RIWAYAT PEMERKOSA MAYAT INILAH LABELT DARI PADA MANGNGAR JAYA YANG PERTAMA LABELTS ISI POSTS MANGNGAR JAYA DENGAN LENGKAP LABELT BERIKUT INI ISINYA LUMAYAN LABELTS POSTS MANGNGAR JAYA TERBAGI LABELT MANGNGAR JAYA ABADI ISI LENGKAP LABELT MANGNGAR JAYA ISI LENGKAP LABELT POSTS MANGNGAR JAYA BEUTIFUL LABELT HARI HARI POSTS MANGNGAR JAYA LABELT POSTS MANGNGAR JAYA ISI CAMPUR2 LABELTS MANGNGAR JAYA ISINYA CAMPUR KLIK LABELT MANGNGAR RANGKUM LABELT BERIKUTNYA KLIK DISINI LABELT ISI POSTS MANGNGAR JAYA INI ADALAH ISI SEBAGIAN POSTING MANGNGAR JAYA KUMPULAN ISI POSTING DISINI KUMPULAN SERI SIRRUL ASRAR
Daftar Blog Saya
-
-
SHALAWAT KEPADA NABI SAW, MAKNA DAN KEUTAMAANNYA - Sesungguhnya Shalawat terhadap Nabi memiliki kedudukan yang tinggi di dalam hati setiap muslim, oleh sebab itu, kami akan membahas dengan ringkas tentang...
-
SURAH AL-FATIHAH - بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ *﴿١﴾* الحَمدُ لِلَّهِ رَبِّ العٰلَمينَ *﴿٢﴾* الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ *﴿٣﴾* مٰلِكِ يَومِ الدّينِ *﴿٤﴾* إِيّاكَ نَعبُدُ وَ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar