http://picasion.com/gl/2jwY/


widgets
http://picasion.com/gl/1Nts/

TERSESAT DI SURGA


how to make a gif

❤`♥ ♥ •.¸¸❤`•.¸.¸¸.•* ♥ ♥..♥`•.¸.•´.(¯`v´¯)(¯`v´¯).`•. ​¸.•´ ♥•*¨*•.¸¸¸¸. •*¨*•♥♥♥♥•*¨*•.¸¸¸ ​¸.•*¨*•♥


Dikisahkan ada seorang pemuda,

ahli ibadah datang ke seorang Guru Sufi terkenal di Baghdad. Di depan sang Guru sufi, pemuda tersebut dengan bangganya mengatakan kalau dirinya sudah melakukan amal ibadah wajib, sunnah, membaca Al-Qur’an, berkorban untuk orang lain dan kelak harapan satu satunya adalah masuk Surga dengan tumpukan amalnya. Bahkan sang pemuda tadi malah punya catatan amal baiknya selama ini dalam buku hariannya, dari hari ke hari. “Saya kira sudah cukup bagus apa yang saya lakukan Tuan Guru…” “Apa yang sudah kamu lakukan anak muda?” “Amal ibadah bekal bagi Surga saya nanti…” “Kapan anda menciptakan amal ibadah, kok anda merasa punya?” Pemuda itu diam…lalu berkata, “Bukankah semua itu hasil jerih payah saya sesuai dengan perintah dan larangan Allah?” “Siapa yang menggerakkan jerih payah dan usahamu itu?” “Saya sendiri…hmmm….” “Jadi kamu mau masuk Surga sendiri dengan amal-amalmu itu?” “Jelas dong tuan…” “Saya nggak jamin kamu bisa masuk ke Surga. Kalau toh masuk kamu malah akan tersesat disana…” Pemuda itu terkejut bukan main atas ungkapan Sang Guru Sufi. Pemuda itu antara marah dan diam, ingin sekali menampar muka sang Guru sufi. “Mana mungkin di Surga ada yang tersesat. Jangan-jangan tuan ini ikut aliran sesat…” kata pemuda itu menuding Sang Guru Sufi. “Kamu benar. Tapi sesat bagi syetan, petunjuk bagi saya….” “Toloong diperjelas…”“Begini saja, seluruh amalmu itu seandainya ditolak oleh Allah bagaimana?” “Lho kenapa?” “Siapa tahu anda tidak ikhlas dalam menjalankan amal anda?” “Saya ikhlas kok, sungguh ikhlas. Bahkan setiap keikhlasan saya masih saya ingat semua…” “Nah, mana mungkin ada orang yang ikhlas, kalau masih mengingat-ingat amal baiknya? Mana mungkin anda ikhlas kalau anda masih mengandalkan amal ibadah anda? Mana mungkin anda ikhlas kalau anda sudah merasa puas dengan amal anda sekarang ini?” Pemuda itu duduk lunglai seperti mengalami anti klimaks, pikirannya melayang membayang bagaimana soal tersesat di Surga, soal amal yang tidak diterima, soal ikhlas dan tidak ikhlas. Dalam kondisi setengah frustrasi, Sang Guru sufi menepuk pundaknya. “Hai anak muda. Jangan kecewa, jangan putus asa. Kamu perbanyak baca istighfar saja. Kalau kamu berambisi masuk Surga itu baik pula. Tapi, kalau kamu tidak bertemu dengan Sang Tuan Pemilik dan Pencipta Surga bagaimana? Kan sama dengan orang masuk rumah orang, lalu anda tidak berjumpa dengan tuan rumah, apakah anda seperti orang linglung atau orang yang bahagia?” “ Saya harus bagaimana tuan Guru…”“ Mulailah menuju Sang Pencipta Surga, maka seluruh nikmatnya akan diberikan kepadamu. Amalmu bukan tiket ke Surga. Tapi ikhlasmu dalam beramal merupakan wadah bagi ridha dan rahmat-Nya, yang menarik dirimu masuk ke dalamnya…” Pemuda itu semakin bingung antara tahu dan tidak. “Begini saja, anak muda. Mana mungkin Surga tanpa Allah, mana mungkin neraka bersama Allah?” Pemuda itu tetap saja bingung sebingung-bingungnya tidak memahami apa yang dimaksud Guru Sufi tersebut Sahabatku rahimakumullah Dari kisah sufi tersebut tentunya banyak pelajaran yang bisa kita petik antara lain bahwa tiket ke surga adalah amal ibadah yang baik daan sebanyak-banyaknya yang kita lakukan dengan penuh keikhlasan dan karena Allah semata. Juga tentunya tiket surga yang penting adalah rahmat dan karunia Allah swt. Karena DIA yang memiliki Surga berserta isinya. Menurut Imam An Nawawi, masuknya seseorang ke dalam surga adalah karena amal ibadahnya, kemudian mendapat taufik untuk melakukan amal ibadah itu dan mendapat hidayah untuk ikhlas dalam ibadah sehingga diterima di sisi Allah, adalah berkat rahmat Allah dan karunia- Nya. (Kitab Syarah Shahih Muslim, juz XVII, halaman 160-161 ) Wallahualam bissawab Terima kasih, Semoga Bermanfaat "Utamakan SEHAT untuk duniamu, Utamakan AKHLAK DAN SHALAT untuk akhiratmu" ***Kisah Sufi

❤`♥ ♥ •.¸¸❤`•.¸.¸¸.•* ♥

MARHABAN YA RAMADHAN






MARHABAN YA RAMADHAN...

Selamat Datang Ramadhan Bismillahirrahmaanirrahiim Assalamualaikum
Warahmatullahi wabarakatuh Marhaban Yaa syahru ramadhan Marhaban
syahrul maghfirah Marhaban syahrul Quran.... Marhaban Yaa Syahrul
ibadah... Betapa bahagia kami ma sih boleh bertemu dengan mu lagi
Serasa lebih dari bertemu sang kekasih lantaran engkau terlalu berarti
Kedatanganmu membawa harapan Agar keluar kami umat ini dari kegelapam
Menuju cahaya fitrimu yang terang benderang... Malam seribu bulan
sudah kami rindu dari sekarang Ketika langit menggenapkan semua
perjanjiannya Menerima amanat rahmat hingga pagi harinya Bagi siapa
saja yang mendaki jalan ini Berpuasa bukan untuk mulut dan hati Namun
berpuasa semata-mata hanya untuk Ilahi Rabbi Marhaban Yaa ramadhan
Kami sambut kau dengan segenap harapan Agar kami jalani hari demi
harimu nanti Dengan saling memperbaiki diri Sebab hidup bukanlah hari
ini Yang ada disini tidaklah abadi Sedang disisimu nanti , itulah yang
abadi Segala lelah payah, segala sakit, segala duka dan derita, darah
dan airmata Dalam perjuangan ini akan Engkau ganti Melalui Ramadhan
suci... Bawalah kami pada titik cahaya tertinggi yang mampu kami daki
Melalui Ramadhan suci... Basuhlah segala iri, dengki, ghibah, amarah
dan fitnah Dusta, putus asa, malas , serakah , bimbang dan sedih....
Basuhlah dari diri kami segala yang menghalangi turunnya RahmatMU pada
kami Ya Rabbi... Melalui Ramadhan suci..... Cucilah...cucilah
dosa-dosa kami hingga bersih Di bulan suci ini dihari yang penuh
barokah ini Semoga kami diberi kekuatan besar untuk tahan menjalani
malam-malam tarawehMu Wahai Ramadhan , mengisi nafas dengan tilawatil
quran Jadikanlah kami perindu- perindu malam Mu Akan sampaikah kami
padaMU wahai pemilik Ramadhan? Akan kah kau terima segala upaya kami
yang dhoif Fakir dan sangat mengharapkan ampunan-MU Yaa Rabbi....
ampunilah dosa-dosa kami Ampunilah segala salah dan khilaf selama ini
Karena kelalaian yang kami lakukan.... Ya Rabbi tuntunlah kami di
jalan-MU menjalani hari-hari suci- Mu Agar kami kembali kepada-MU kelak
dalam keadaan suci Agar kami termasuk hamba-hamba Yang Engkau Rindukan
Walaupun hamba bukanlah termasuk hamba-hamba Pilihan-MU Marhaban Ya
Ramadhan... Selamat datang Ramadhan Kami sambut datangmu.... dengan
semangat untuk menang! Kami tunggu datangmu dengan saling berkasih
sayang Kami tunggu datangmu dengan segala suka cita Kami tunggu
datangmu dengan segenap Rindu dan Harapan Marhaban Ya Syahru Ramadhan
Marhaban Ya Syahrul maghfirah... Marhaban Ya syahrul Quran Marhaban Ya
Syahrul Ibadah... Marhaban Ya Ramadhan..... *** Assalamualaikum
saudaraku semuanya Dengan segala kerendahan hati saya mohon maaf lahir
dan batin Atas segala salah dan khilaf selama ini, Mungkin ada yang
tidak berkenan dari saya , baik disengaja ataupun tanpa sengaja Semoga
kita bisa saling memaafkan, saling mengingatkan dengan berkasih
sayang.... Semoga Rahmat Allah selalu meyertai kita semua-NYA Semoga
RidhaNya mengiringi langkah kita... Semoga di bulan suci ini DIA
berkenan membersihkan jiwa dan raga...untuk kembali suci... Sebelum
kelak kita menghadap – Nya.... Sebelum hari perjanjian itu datang....
Ampuni kami Ya Rabbi ampuni salah dan khilaf kami selama ini...Ampuni
dosa-dosa kami... Amin Ya Allah.... Amin Ya Rabbal alamin... .
Saudaraku , saya ucapkan Selamat menyambut Ramadhan... Selamat
menunaikan ibadah shaum.... Wassalamualaikum warahmatullahi
wabaarakatuh... With Love Bulan cahaya and Jahuwoti Sikurma

Hukum Foto Makhluk hidup di facebook, Fatwa menurut ulama dan sebagian nya





Sudah menjadi ketetapan hukum Islam bahwa melukis gambar makhluk bernyawa baik manusia,

hewan ataupun serangga hukumnya haram. Begitu juga memajangnya dan menyimpannya, karena para malaikat rahmah tidak akan memasuki rumah yang ada gambar makhluk bernyawa meskipun hanya tersimpan di album untuk kenang- kenangan dan memori keluarga. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda: “Setiap pelukis ( makhluk bernyawa) di neraka dijadikan untuknya bagi setiap gambar yang dia lukis jiwa yang tersiksa karenanya di neraka Jahannam”. (H.R. Muslim) Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam menegaskan: “ Manusia yang paling berat siksaannya adalah mereka yang menandingi dalam ciptaan Allah”. (H.R Bukhari dan Muslim). Sementara gambar yang tidak bernyawa dibolehkan berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam bahwa Allah subhanahu wata’ala berfirman ( yang artinya): “Dan Siapakah manusia yang paling dzalim daripada orang yang berusaha menciptakan suatu ciptaan seperti ciptaan-Ku, hendaklah menciptakan jagung atau menciptakan biji-bijian atau menciptakan gandum”. (H.R. Bukhari dan Muslim). Dengan demikian gambar- gambar yang diharamkan hanyalah lukisan yang dihasilkan oleh tangan manusia secara langsung. Adapun gambar yang dihasilkan oleh kamera maka terdapat perbedaan diantara pada ulama, namun dalam pandangan hukum dan kaidah fikih yang mengharamkan lebih hati-hati, sementara yang membolehkan hal ini lebih sesuai dengan kaidah maslahat karena asal segala benda adalah mubah kecuali ada dalil yang menghalalkan atau mengharamkan. Sedangkan asal ibadah adalah haram kecuali ada dalil yang menegaskan baik perintah atau larangan. (Lihat Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin 2 / 264-265). Akan tetapi gambar-gambar yang sulit dihindari maka Syaikh Ibnu Utsaimin menegaskan sebagai berikut: “bahwa gambar-gambar yang sekarang sulit dihindari umat manusia yang terdapat pada benda- benda yang menjadi kebutuhan mereka secara darurat maka bila memungkinkan untuk menghindari maka lebih bagus namun bila tidak, karena adanya kesulitan dan keberatan untuk menghindarinya yaitu gambar-gambar yang ada pada beberapa majalah dan koran yang banyak mengandung unsur manfaat bimbingan dan pengarahan, maka saya memandang bila gambar bukan menjadi tujuan maka tidak mengapa, apalagi gambar- gambar tertutup, tidak nampak dan tidak terpampang”. (Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin, 2 / 286). Adapun gambar yang muncul pada layar televisi, internet, media lain seperti HP dan yang lainnya asalkan gambar-gambar tersebut tidak mengandung unsur haram seperti wanita tabarruj atau laki-laki yang pamer aurat atau memicu kemaksiatan atau pelanggaran agama maka hukumnya boleh karena gambar-gambar tersebut sama halnya gambar- gambar yang ada di kaca cermin bila orang yang sedang berada di depannya maka gambar dirinya nampak dan bila dia pergi meninggalkannya maka gambarnya lenyap. Demikian juga gambar-gambar yang tampak di televisi, internet dan HP ketika dibuka maka gambar-gambar nampak dan bila televisi, video, internet dan HP dimatikan maka gambar-gambar yang ada lenyap secara otomatis. Wallahu a’lam bisshawab

BEBERAPA FIRMAN DAN HADITS

Dan janganlah kamu mengatakan

terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu)
mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak
menyadarinya.( Al - Baqarah : 154 ) """"""""""""

Dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar,( Al - Baqarah : 155 ) """"
"""""""""""""""""

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi
raaji`uun"( Al - Baqarah : 156 ) """""""""""""""

Mereka itulah
yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka,
dan mereka itulah orang- orang yang mendapat petunjuk.( Al - Baqarah :
157 ) """"""""""""""""

Sesungguhnya Safa dan Marwah adalah
sebahagian dari syi`ar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke
Baitullah atau ber-`umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sai
antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan
dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan
lagi Maha Mengetahui.( Al - Baqarah : 158 )
""""""""""""""

Sesungguhnya orang- orang yang menyembunyikan apa
yang telah Kami turunkan berupa keterangan- keterangan (yang jelas)
dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al
Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua
(makhluk) yang dapat melaknati( Al - Baqarah : 159 )
"""""""""""""""""""""""""

kecuali mereka yang telah tobat dan
mengadakan perbaikan dan menerangkan ( kebenaran), maka terhadap mereka
itu Aku menerima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima tobat lagi
Maha Penyayang.( Al - Baqarah : 160 )
"""""""""""""""""""""""

Sesungguhnya orang-orang kafir dan
mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah,
para malaikat dan manusia seluruhnya.( Al - Baqarah : 161 )
"""""""""""""""" """"""""""""""

“Ya Allah, RahmatMu aku
harapkan, janganlah Engkau serahkan segala urusanku kepada diriku
sendiri walau sekejap mata, perbaikilah segala urusanku, tiada ilah
yang berhak disembah selain Engkau.” (HR Abu Dawud)


KENAPA, MENGAPA, RASULULLAH NABI MUHAMMAD SALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM MEMPUNYAI BANYAK ISTRI





Ketika orang-orang mendengar bahwa Nabi Muhammad SAW

mempunyai banyak istri semasa hidupnya, banyaklah timbul suara-suara yang sumbang kearah Nabi Muhammad SAW. Padahal, kalau mereka mau menelaah lebih dalam untuk mengetahui apa rahasia dibalik perkawinan Nabi Muhammad SAW, niscaya mereka akan mengerti dan memaklumi adanya bahkan akan memuji kepintaran strategi dari Nabi besar Muhammad SAW, yaitu : motif sosial & politis. Perkawinan pertamanya dengan Khadijah ra. (ra.:semoga Allah memberkahinya) dilakukan ketika beliau berumur 25 tahun dan Khadijah berumur 40 tahun. Selama hampir 25 tahuh, Nabi SAW hanya beristrikan Khadijah, sampai Khadijah meninggal dunia diumur 65 tahun . Hanya setelah Nabi SAW berumur lebih dair 50 tahun, barulah nabi SAW mulai menikah lagi. Dengan demikian jelaslah bahwa jika memang Nabi SAW hanya mencari kesenangan semata, tentulah tidak perlu beliau menunggu sampai berusia lebih dari 50 tahun, baru menikah lagi. Tapi Nabi Muhammad SAW tetap mencintai Khadijah selamaa 25 tahun, sampai Khadijah meninggal dunia di usia 65 tahun. Perkawinannya selanjutnya setelah Khadijah wafat, mempunyai banyak motive. Beberapa motive perkawinannya adalah sebagai berikut : 1) dengan tujuan membantu wanita yang suaminya baru saja terbunuh didalam membela Islam. 2) demi menambah dan mempererat hubungan dengan pendukung fanatik Islam, seperti Abu Bakar dan Umar ra. 3) Ada juga dalam upaya membangun hubungan yang baik dengan suku-suku lain yang semula berniat memerangi Islam. Sehingga ketika Nabi SAW mengawininya, maka perang pun terhindarkan dan darah pun tak jadi tumpah. Setidaknya, ada Professor Non-Muslim yang berkesempatan mempelajari secara langsung mengenai sejarah dan kehidupan Nabi Muhammad SAW berkesimpulan yang berbeda dengan kesimpulan kaum non-muslim lainnya: i) John L. Esposito, Professor Religion and Director of Center for International Studies at the College of the holly cross, mengatakan bahwa hampir keseluruhan perkawinan Nabi Muhammad SAW adalah mempunyai misi sosial dan politik (political and social motives). [Islam The straight Path, Oxford University Press, 1988 ]. ii) Caesar E. Farah menulis sebagai berikut: "In the prime of his youth and adult years Muhammad remained thoroughly devoted to Khadijah and would have none other for consort". Caesar Farah pun berkesimpulan bahwa perkawinan Nabi Muhammad SAW lebih karena alasan politis dan alasan menyelamatkan para janda yang suaminya meninggal dalam perang membela Islam. Sehingga memang jika melihat lagi ke sejarah, maka dapatlah diketahui apa alasan sebenarnya perkawinan nabi Muhammad SAW. Berikut ini kita tampilkan nama-nama Istri Nabi Muhammad SAW beserta sekilas penjelasannya: 1. Khadijah: Nabi mengawini Khadijah ketika Nabi masih berumur 25 tahun, sedangkan Khadijah sudah berumur 40 tahun. Khadijah sebelumnya sudah menikah 2 kali sebelum menikah dengan Nabi SAW. Suami pertama Khadijah adalah Aby Haleh Al Tamimy dan suami keduanya adalah Oteaq Almakzomy, keduanya sudah meninggal sehingga menyebabkan Khadijah menjadi janda. Lima belas tahun setelah menikah dengan Khadijah, Nabi Muhammad SAW pun diangkat menjadi Nabi, yaitu pada umur 40 tahun. Khadijah meninggal pada tahun 621 A.D, dimana tahun itu bertepatan dengan Mi'raj nya Nabi Muhammad SAW ke Sidratil Muntaha (' arsy). Nabi SAW sangatlah mencintai Khadijah. Sehingga hanya setelah sepeninggalnya Khadijah lah Nabi SAW baru mau menikahi wanita lain. 2. SAWDA BINT ZAM'A: Suami pertamanya adalah Al Sakran Ibn Omro Ibn Abed Shamz, yang meninggal beberapa hari setelah kembali dari Ethiophia. Umur Sawda Bint Zam'a sudah 65 tahun, tua, miskin dan tidak ada yang mengurusinya. Inilah sebabnya kenapa Nabi SAW menikahinya. 3. AISHAH SIDDIQA: Seorang perempuan bernama Kholeah Bint Hakeem menyarankan agar Nabi SAW mengawini Aisha, putri dari Abu Bakar, dengan tujuan agar mendekatkan hubungan dengan keluarga Abu Bakar. Waktu itu Aishah sudah bertunangan dengan Jober Ibn Al Moteam Ibn Oday, yang pada saat itu adalah seorang Non- Muslim. Orang-orang di Makkah tidaklah keberatan dengan perkawinan Aishah, karena walaupun masih muda, tapi sudah cukup dewasa untuk mengerti tentang tanggung jawab didalam sebuah perkawinan. Nabi Muhammad SAW bertunangan dulu selama 2 tahun dengan Aishah sebelum kemudian mengawininya. Dan bapaknya Aishah, Abu Bakar pun kemudian menjadi khalifah pertama setelah Nabi SAW meninggal. 4. HAFSAH BINTI UMAR: Hafsah adalah putri dari Umar, khalifah ke dua. Pada mulanya, Umar meminta Usman mengawini anaknya, Hafsah. Tapi Usman menolak karena istrinya baru saja meninggal dan dia belum mau kawin lagi. Umar pun pergi menemui Abu Bakar yang juga menolak untuk mengawini Hafsah. Akhirnya Umar pun mengadu kepada nabi bahwa Usman dan Abu Bakar tidak mau menikahi anaknya. Nabi SAW pun berkata pada Umar bahwa anaknya akan menikah demikian juga Usman akan kawin lagi. Akhirnya, Usman mengawini putri Nabi SAW yaitu Umi Kaltsum, dan Hafsah sendiri kawin dengan Nabi SAW. Hal ini membuat Usman dan Umar gembira. 5. ZAINAB BINT KHUZAYMA: Suaminya meninggal pada perang UHUD, meninggalkan dia yang miskin dengan beberapa orang anak. Dia sudah tua ketika nabi SAW mengawininya. Dia meninggal 3 bulan setelah perkawinan yaitu pada tahun 625 A.D. 6. SALAMA BINT UMAYYA: Suaminya, Abud Allah Abud Al Assad Ibn Al Mogherab, meninggal dunia, sehingga meninggalkan dia dan anak-anaknya dalam keadaan miskin. Dia saat itu berumur 65 tahun. Abu Bakar dan beberapa sahabat lainnya meminta dia mengawini nya, tapi karena sangat cintanya dia pada suaminya, dia menolak. Baru setelah Nabi Muhammad SAW mengawininya dan merawat anak- anaknya, dia bersedia. 7. ZAYNAB BINT JAHSH: Dia adalah putri Bibinya Nabi Muhammad SAW, Umamah binti Abdul Muthalib. Pada awalnya Nabi Muhammad SAW sudah mengatur agar Zaynab kawin dengan Zayed Ibn Hereathah Al Kalby. Tapi perkawinan ini kandas tidak lama, dan Nabi menerima wahyu bahwa jika mereka bercerai nabi mesti mengawini Zaynab (surat 33 :37). 8. JUAYRIYA BINT AL-HARITH: Suami pertamanya adalah Masafeah Ibn Safuan. Nabi Muhammad SAW menghendaki agar kelompok dari Juayreah (Bani Al Mostalaq) masuk Islam. Juayreah menjadi tahanan ketika Islam menang pada perang Al-Mustalaq (Battle of Al-Mustalaq) . Bapak Juayreyah datang pada Nabi SAW dan memberikan uang sebagai penebus anaknya, Juayreyah. Nabi SAW pun meminta sang Bapak agar membiarkan Juayreayah untuk memilih. Ketika diberi hak untuk memilih, Juayreyah menyatakan ingin masuk islam dan menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah yang terakhir. Akhirnya Nabi pun mengawininya, dan Bani Almustalaq pun masuk islam. 9. SAFIYYA BINT HUYAYY: Dia adalah dari kelompok Yahudi Bani Nadir. Dia sudah menikah dua kali sebelumnya, dan kemudian menikahi Nabi SAW. Ceritanya cukup menarik, mungkin nanti disampaikan terpisah. 10. UMMU HABIBA BINT SUFYAN: Suami pertamanya adalah Aubed Allah Jahish. Dia adalah anak dari Bibi Rasulullah SAW (sepupu). Aubed Allah meninggal di Ethiopia. Raja Ethiopia pun mengatur perkawinan dengan Nabi SAW. Dia sebenarnya menikah dengan nabi SAW pada 1 AH ( Hijriyah), tapi baru pada 7 A.H pindah dan tinggal bersama Nabi SAW di Madinah, ketika nabi 60 tahun dan dia 35 tahun. 11. MAYMUNA BINT AL-HARITH: Dia masih berumur 36 tahun ketika menikah dengan Nabi Muhammad SAW yang sudah 60 tahun. Suami pertamanya adalah Abu Rahma Ibn Abed Alzey. Ketika Nabi SAW membuka Makkah di tahun 630 A.D, dia datang menemui Nabi SAW, masuk Islam dan meminta agar Rasullullah mengawininya. Akibatnya, banyaklah orang Makkah merasa terdorong untuk menerima Islam dan nabi SAW. 12. MARIA AL-QABTIYYA: Dia awalnya adalah orang yang membantu menangani permasalahan dirumah Rasullullah yang dikirim oleh Raja Mesir, kemudian menikah dengan Nabi SAW. Dia sempat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ibrahim, tetapi Ibrahim akhirnya meninggal pada umur 18 bulan. 3 tahun setelah menikah, Nabi SAW meninggal dunia, dan akhirnya 5 tahun kemudian Maria meninggal , tahun 16 A. H. Waktu itu, Umar bin Khatab yang menjadi Iman sholat Jenazahnya, dan kemudian dimakamkan di Al-Baqi.

#Oleh : GBagoes Uwah Hakam#

JANGAN BAKAR AMALMU

❤`♥ ♥♥♥♥♥ ♥❤`♥ ❤`♥ ♥ •.¸¸❤`•.¸.¸¸.•* ♥♥..♥`•.¸.• ~

Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam pernah bersabda : “ Kamu sekalian tidak akan masuk surga sebelum kamu beriman; dan tidaklah kamu beriman sebelum saling mencinta i. Maukah kamu aku tunjukkan kepada kalian suatu perkara yang apabila kalian mengerjakannya, niscaya kalian semua akan saling mencintai, yakni tebarkanlah salam diantara kalian.” (HR Muslil dalam shahihnya (81) , Tarmizi (2612) ; Abu Daud (4519) Ibnu Majah ( 67 , 3682) Kukatakan pada diriku, wahai diri , Jangan bersedih bila suatu masa engkau disakiti, jangan bersedih bila suatu saat kita ditertawakan, anggaplah semua itu tidak pernah ada, tutup mata rapat-rapat, sumpal telingan dari mendengar perkataan mereka dan tetaplah pada kebaikan. Berlakulah baik seperti wanita- wanita muslimah yang sebelummu berbuat baik. Jangan bakar amal-amal baikmu selama ini karena engkau membalas umpatan- orang-orang yang mengumpatmu. Hilangkan keinginan membalas dendam, hasud, ingin balik mencerca dan memaki-maki, karena semua itu hanya akan menimbulkan kerusakan belaka pada ketaatanmu kepada Allah. Sikap hasud itu akan membakar semua amalmu. Rasulullah bersabda : “Jauhilah hasud, karena hasud itu akan memakan amal kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar “ (HR Abu Dawud 94257) Tapi sikap yang terbaik adalah tetaplah tersenyum menghadapi orang-orang yang tidak menyukaimu, memberinya salam seperti yang Rasulullah perintahkan, dan mudah-mudahan mereka berhenti dari menghinamu, mencaci makimu, membuatmu susah dan berbalik mencintai “Janganlah meremehkan sesuatu kebaikan , walaupun sekedar bertemu saudaramu dengan wajah berseri-seri ‘ (HR Muslim (4760) ; Tarmizi (1756) Rasulullah Juga bersabda : “Barangsiapa yang memberi kesusahan kepada orang islam , niscaya Allah akan memberi kesusahan kepadanya; dan barangsiapa memberi kepayahan kepada orang muslim, niscaya Allah akan memberi kepayahan juga (HR Tirmidzi dan Abu Daud) Mengata-ngatai atau mencaci maki orang islam itu sebuah kefasiqan dan membunuh orang islam itu suatu kekufuran ( HR Bukhari (46 , 5584...) , Muslim (97) ; Tirmidzi (1906 , 2558 , 2559) “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah” (HR Tirmizi (1879) Apabila orang lain menghinamu dan engkau tidak melawannya, walaupun engkau mampu untuk melawan, tapi engkau malah memaafkan dan memberinya salam, maka Allah tidak akan mengingkari janji-Nya . “Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal shaleh kedalam surga yang dibawahnya mengalir sungai- sungai, mareka kekal didalamnya dengan izin Rabb mereka. Ucapan penghargaan mereka dalam surga ialah salam” (QS Ibrahim ; 23) Jangan bakar amalmu karena engkau membalas dendam, Itu semua tidaklah sekali-kali mendatangkan manfaat bagimu. Tetapi berbuat baiklah dan tebarkanlah salam; semoga Allah merahmatimu. “Apabila orang –orang yang beriman kepada ayat- ayat Kami itu datang kepada-MU, maka katakanlah :”salamun’alaikum” Rabbmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang......” ( QS Al-an’am :54) Jauhilah sifat-sifat dengki agar engkau terjauh dari bahaya yang timbul dari dirimu sendiri. Dengki akan menghapus segala amal kebaikanmu, membuat hati tidak tentram, selalu dirasuki rasa ketakutan, dan tidak akan pernah puas atas keberadaan diri sendiri. Bahaya dengki akan menimpa kepada si pendengki sendiri... Apabila orang-orang mendengki kepada Rasulullah, mencaci maki, menghardik, menebar kejahatan , melemparinya dengan kotoran dan bongkahan besi, mengejar-ngejarnya, ingin membunuh nya, memboikot perekonomiannya, memfitnah istrinya, melukai para sahabat yang dia cintai, melanggar perjanjian yang disepakati, menyerang rumahnya dan meludahi wajahnya , Rasulullah hanya tersenyum memaafkan mereka. Beliau tetap mencintai mereka, beliau tidak pernah membalasnya, bahkan memberi keselamatan bagi mereka seraya berdoa : “Ya Allah ampunilah kaumku, karena mereka kaum yang tidak mengetahui “ Wallahua'lam Bishawwab ❤`♥ (´'`v´'`) ♥♥♥♥ ♥BC♥♥♥♥JS♥(´'`v´'`)`•.¸.•`❤`♥ ❤`♥ ♥ •.¸¸❤`•.¸.¸¸. •* ♥♥..♥`•.¸.•

###ONLINES ALQUR 'AN###

HANYA TANDA

Dalam setiap langkah Dan berapa banyak sudah kita gerakkan Tak ubahnya seperti menumpang di dalam sebuah bis kota Atau mobil carteran Atau pesawat Atau berbelanja Atau berkuasa Atau mencinta Dalam itu semua Tak ada beban Tak ada , ringan Tuk menyerahkan apa yang sebelumnya di idam idamkan Uang Kuasa Kepuasan Berikan pada kenek Berika pada kondektur Berikan pada awak Berikan pada penjaga swalayan Berikan pada si pembawa kasut tahta Berikan pada pilihan yang mengepung relung dada Oh seandainya Kita bisa faham Saat stasiun terakhir apa saja tumpangan kita Tautan kita Yang sesaat meneduhkan panas Yang sekejap menyegarkan dahaga Oh seandainya kita mampu mengurai segala peristiwa Niscaya tak kuizinkan kekasih berkalang tanah Tuk membina cinta di atas kegelisahan diri yang gemetar melihat kuburan Oh … adakah itu sebuah malapetaka Adakah cinta ikut terkubur juga Oh… adakah sukma mampu mengerjapkan suka Pada titian kesan yang masih tetap terjaga dalam jiwa Bahwa pergantian musim tak pelak terjadinya Demikian pula pergantian diri dengan diri antara kita Dan kekasih kita Pun tak mampu menghapus merahnya cinta yang menggelora Karena itu Maka kita serahkan uang, kuasa dan kepuasan pada mereka Dan sebelumnya kita berjuang habis habisan tuk meraupnya Bahkan tak peduli larangan agama saatnya Kita pun lepaskan dengan suka semua wujud kasar itu benar benar menjadi sirna pun diri kita Seperti seonggok jenazah kekasih yang melintang miring ke arah ia munajat Dan ia sekarang tak bisa lagi bermain main bercanda tawa Ia tak mampu lagi berkata mesra Ia pun bisa terbata-bata Dalam salah satu ruang keabadian Kasih atau tersia-sia Biarkan roda-rodanya memutar mencari capaiannya Lepaskan kepergiannya Karena yang tertanam adalah saripati yang mendarah daging Pada tubuh jiwa raga kita Kasih sayang Kasih kita pada bapak ibu kita Pada sang pencinta Pada sesama Telah menggetarkan seluruh diri dan meluas melebar mengisi kisi kisi hati Bukankah itu semua hanya tanda ? Yah ………….. Hanya sebuah tanda Bahwa kita punya cinta Dan betapa kecil kasih kita di hadhirat kasih sayang-Nya Yang sepenuh bumi langit dan seluruh ruang di balik keduanya Kekasih hanya sebuah tanda Tuk menggapai tanda kasih sayang-Nya Laksana getar cinta mereka yang beriman Getar amat dahsyat Hingga melelehkan luka dan kucuran darah dalam setia menghamba pada-Nya Dan tak mengenal putus asa Karena pada dasar kekuatan dari-Nya moga hidupkan hati nan lapang Hingga akhirat abadi dalam rahmat-Nya Amin. َﻦﻳِﺬَّﻟﺍَﻭ ﺍﻮُﻨَﻣَﺁ ُّﺪَﺷَﺃ ﺎًّﺒُﺣ ِﻪَّﻠِﻟ ]ﺓﺮﻘﺒﻟﺍ[165/ 165. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu[106 ] mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). [106 ] Yang dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah selain Allah.

♥•❤ ALASAN- ALASAN MENGAPA ORANG ENGGAN BERTAUBAT ♥❤♥ ♥ ❤`♥ (´'`v´'`) ♥♥♥♥ ♥♥♥♥♥♥(´'`v´'`) `•.¸.•`❤`♥ ❤`♥ ♥ •.¸¸❤`•.¸.¸¸.•* ♥♥..♥`•.¸.•

Bismillaahirrah maanirrahiim Ada orang yang mengatakan, "Aku ingin bertobat, tapi siapa yang bisa menjamin bahwa Allah mau mengampuni ku bila aku bertobat, padahal aku ingin menjalaninya dengan istiqamah, tetapi banyak sekali godaan yang memaksaku untuk kembali lagi melakukan dosa. Jika aku tahu Allah mengampuniku , maka aku pasti bertobat". Jawabannya, "Apa yang kita alami sekarang , pernah pula dialami oleh orang sebelum kita, termasuk para sahabat rasulullah SAW. Seperti riwayat berikut... Imam muslim meriwayatkan kisah masuk islamnya "Amr bin Ash RA, Dalam kisah tersebut antara lain 'Amr bin 'Ash berkata : "Tatkala Allah menumbuhkan benih islam dihatiku, maka aku segera mendatangi nabi SAW, kemudian aku berkata, "Ulurkanlah tanganmu karena aku akan berbai'at kepadamu" Kemudian beliau mengulurkan tangan kanan beliau dan aku segera menjabat dengan tangan kananku. Beliau berkata, Ada apa denganmu wahai 'Amr?' Aku menjawab, "Aku akan masuk islam tetapi aku mengajukan syarat" Beliau berkata, "Mengajukan syarat apa?" Aku menjawab, "Bahwa Allah mengampuniku". " Rasulullah bersabda: "Apakah engkau tidak tahu wahai ' Amr, bahwa masuk islam akan menghapus( dosa yang dilakukan sebelum) islam, hijrah menghapus dosa sebelum hijrah, dan haji menghapus dosa sebelum haji" QS Az-zumar 53 : Katakanlah : "Hai hamba- hamba Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah". APAKAH ALLAH AKAN MENGAMPUNIKU? Adapula orang yang berkata, " Aku ingin tobat tetapi dosaku terlalu banyak, semua jenis kemaksiatan telah aku lakukan dan segala bentuk dosa telah aku jalani. Aku tidak tahu apakah Allah akan mengampuni dosaku yang telah kujalani sepanjang hidupku. Sebagai umat islam , hal pertama yang harus kita lakukan dalam menggali hukum dan mencari dukungan adalah kembali kepada Al-Quran dan sunnah rasul. Ketika kita kembali kepada kitab Allah, maka kita menemui firmannya yang berbunyi: '" KATAKANLAH WAHAI HAMBA- HAMBAKU YANG MELAMPAUI BATAS TERHADAP DIRI MEREKA SENDIRI JANGANLAH KAMU BERPUTUS ASA DARI RAHMAT ALLAH. SESUNGGUHNYA ALLAH MENGAMPUNI DOSA-DOSA SEMUANYA. SESUNGGUHNYA DIA MAHA PENGAMPUN LAGI MAHA PENYAYANG. DAN KEMBALILAH KAMU KEPADA TUHANMU DAN BERSERAH DIRILAH KEPADANYA (QS: AZZUMAR 53 ,54 )
Itulah jawaban singkat dan gamblang terhadap problem tersebut. PERASAAN BAHWA DOSA KITA LEBIH BANYAK DARI AMPUNAN ALLAH ADALAH TANDA BAHWA : 1. Orang tersebut belum yakin sepenuhnya akan luasnya rahmat Allah 2. Kurang yakin dengan kekuasaan Allah untuk mengampuni segala dosa 3. Kurang mengamalkan amalan hati yaitu berharap kepada Allah 4 Tidak kuat memegang prinsip bahwa tobat dapat menghapus dosa HAL INI BISA DIJELASKAN DENGAN PERNYATAAN BERIKUT ; 1. "DAN RAHMATKU MELIPUTI SEGALA SESUATU" (QS Al- 'Araf; 56)
2. Cukup Dengan hadis qudshi berikut : Allah berfirman :"SIAPA YANG MEYAKINI BAHWA AKU BERKUASA UNTUK MENGAMPUNI SEGALA DOSA , MAKA AKU MENGAMPUNI DOSANYA DENGAN CARAKU SELAMA DIA TIDAK MENYEKUTUKAN AKU DENGAN SEGALA APAPUN" (HR THABRANI, dalam kitab Al- Kabir dan HAKIM dalam kitab shahihul jaami' ; 4330)
Semua itu terjadi bila hamba tersebut bertemu dengan Allah kelak diakhirat 3. " WAHAI MANUSIA...SUNGG UH BILA ENGKAU MEMOHON DAN MENGHARAP KEPADAKU PASTI AKU AKAN MENGAMPUNI SEMUA DOSA YANG ADA PADAMU DENGAN CARAKU.WAHAI MANUSIA JIKA DOSAMU MENJULANG TINGGI KELANGIT KEMUDIAN ENGKAU MOHON AMPUN PADAKU PASTI AKU MENGAMPUNIMU DENGAN CARA-KU. WAHAI MANUSIA JIKA ENGKAU DATANG PADAKU DENGAN MEMBAWA DOSA YANG MEMENUHI BUMI, KEMUDIAN ENGKAU BERTEMU DENGAN-KU TANPA MENYEKUTUKAN AKU DENGAN SESUATU , PASTI AKU AKN MENGHAMPIRIMU DENGAN AMPUNAN YANG MEMENUHI BUMI " .(HR Tirmidzi ,dalam shahiihul jaami' : 4338)
4. "ORANG YANG BERTOBAT DARI DOSANYA SEPERTI ORANG YANG TIDAK MEMILIKI DOSA" ( HR Ibnu Majah, shahihuul jaami' 3008)
Ya siapakah yang mengalihkan seseorang dari keadaannya yang penuh dosa menjadi diri yang bertobat? Apakah sekarang terlihat wahai orang yang mau bertobat bahwa dosamu lebih besar dari dosa dosa orang terdahulu yang telah diterima tobatnya oleh Allah? Lantas mengapa harus putus asa? Ya Allah ,Ya Tuhanku jangan engkau adzab aku Aku mengakui semua dosa yang kulakukan Tiada daya bagiku Kecuali harapan dan baik sangkaku akan ampunan dan maaf-Mu Manusia mengiraku orang baik Padahal aku adalah seburuk- buruk manusia Jika engkau tidak mengampuni dan memaafkanku Aku memohon kepada Allah semoga menerima tobat kita dan juga tobat kaum muslim semuanya. Dan semoga dia menjadikan kita termasuk orang-orang yang kembali (bertobat) kepadanya dan memohon ampunan kepadanya setiap saat dan waktu. Wallahu a’lam bisshawaab Referensi : Hadist shahih Aljamius-shahih , Bukhari- Muslim; Abu Firly Bassam Taqiy ," Berdosa tapi masuk surga" ;Dr. Khalid Abu Syaudi "Ketika Allah Berbahagia" ❤`♥ ♥ •.¸¸❤`•.¸.¸¸.•* ♥BC ♥.JS.♥`•.¸.•´.(¯` v´¯)(¯`v ´¯).`•. ¸.•´ ♥•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨

PERSAKSIAN


Apakah yang bercokol dalam benak kita Tatkala Tuhan menghamparkan pelataran langit yang menjulang Dan adakah hayal meraba di balik tiang tiangnya Sungguh Keberadaan yang sebenarnya dari semua itu Tak ada ilmu Tuk mengurainya menjadi tahu Kalau demikian Mampukah gerak menerjemahkannya Menekan hayal menunduk meraba rongga dada Membayangkan hal yang tetap gelap Jika seandainya tidak ada Tuhan selain-Nya Tentu terjemahan kegelapan itu membuat langkah kaki tak tentu arahnya Lihatlah Betapa hubungan antar manusia yang paling terhormat di jagat raya yang amat kecil ini dibandingkan dengan berjuta juta planet dan benda benda angkasa yang ribuan juta Tak ubahnya seperti hewan Liar dan sekedar memuaskan selera Lihatlah Betapa pertalian cinta manusia Yang mestinya di pupuk dengan iman dan kebaikan pada sesama Tak lebih dari segenap bayangan kambing-kambing gembalaan di dalam kandang yang di poles dengan sejuta pernik warna warni, dengan segala tetabuhan dan hidangan yang membuat embekannya sekedar melegakan tenggorokannya serta desahnya, sekedar menyalurkan kebinatangannya oh kawan maafkan aku karena aku menggambarkan dunia suram yang sama sekali aku tak hendak melihatnya hanya sekedar cerita dari kabar demi kabar oh kawan moga kita bisa menjadi saksi atas kemurahan ampunan-Nya maafkan maafkan yang sebenarnya harus di awali dari kesuburan ladang hati dan jiwa apakah tanaman iman telah di cocokkan di bekas galiannya yang sesungguhnya Allah, para malaikat dan orang-orang yang berhati terang Karena cahaya yang bersumber dari balik cakrawala alam sekitar Bahkan dari balik mata sang surya menjentikkan tanda-tanda yang jelas yang telah disematkan di dalam setiap jiwa yang terbuka tanda dari alamnya, tanda dari firman-Nya bahkan alam lebih dahulu lahir dari catatan apa saja tentang nama sebutan-Nya, tentang kebesaran-Nya, Kemahakuasaan- Nya Keagungan-Nya Yang hanya Dia, Yang esa karena khawatir menerpa menyemburatkan kerut sembrawut kepala kita oh… bagaimana rasa itu kita lepaskan Sementara orang orang yang terbuka dadanya Benar benar luruh dalam apa saja yang menjadi kehendak-Nya Oh… Aku bukan apa Dia bukan apa Harta bukan apa apa Kehormatan Pemuasan selera Oh Bukan apa apa bagi segenap sejahtera saat kita benar benar mengingat apa arti mereka semua dalam hidup kita Dalam hidup sesudah kematian kita Saat diri lepas dan bertautlah segala asa dengan kasih sayang-Nya Mulailah udara sejuk merambati jiwa raga Adakah kita pernah merasakannya Atau kita tak hendak untuk merasa menyadarinya ? Tuhan Jangan lepaskan lagi aku setelah kau menyuburkan hati ini dengan tanaman iman Dengan hujan hidayah-Mu Dengan perkenan kasih sayang-Mu Sesungguhnya kasih sayang-Mu benar benar tak perlu diminta oleh hamba Karena engkau adalah sang pemberi yang amat bijaksana Walhamdulillahi Robbil-‘ alamin. Amin. oleh Abu Ova

TAKBIR TAKBIR TAKBIR


Allahu Akbar … Allahu Akbar … Allahu Akbar … Laa ilaaha illallah Wallahu Akbar Allahu Akbar Kabiro Wal hamdulillahi katsiro Wa Subhanallahi Bukratan Wa Ashila Laa Ilaaha Illallahu La Na`budu Illaa Iyyah, Muhklishina Lahud-din, Walau Karihal Kafirun. Laa Ilaaha Illallahu wahdah, Shadaqo Wa`dah, Wa Nashara `Abdah, Wa A`azza Jundahu Wa Hazamal Ahzaaba Wahdah. Laa Ilaaha Illallahu Wallahu akbar Allahu Akbar Wa Lillahil-hamd

AL IMAM SYAFI 'I

Menurut Imam Syafi’i ada 6 cara untuk meraih kebahagiaan hakiki iaitu : ◘ Kecerdasan “ Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda- tanda bagi orang- orang yang berakal” (QS. Ali Imron : 190)
... “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia- sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Ali Imron : 191) “ Aku mengikuti prasangka hamba-Ku” (Hadist Qudsi) ◘ Perhatian Perhatian disini ialah bagaimana orang itu lebih memperhatikan akhiratnya daripada dunianya tapi bukan bererti harus melulu beribadah terus tanpa bekerja kerana Rasulullah saw juga bekerja sebagaimana kita dan beliau juga menikah yang mana bekerja dan menikah adalah hal yang duniawi. Jadi selain bekerja dan hal-hal dunia lainnya (selain hal maksiat) kita juga tidak boleh lupa akan akhirat kita, kita juga harus lebih memberikan perhatian ekstra apakah ibadah yang kita lakukan itu sudah benar dan berusaha untuk terus menambah intensitas ibadah dan amal shalih. Demi akhirat ◘ Kesungguhan Berusaha dengan sungguh- sungguh untuk mewujudkan keinginan kita agar dapat menikmati akhirat nanti. Jangan hanya berdoa saja tanpa ibadah, walaupun berdoa 10 kali sehari tapi tidak solat dan terus-terusan bermaksiat yang ada hanya harapan kosong. Jadi bersungguh-sungguhlah, berusahalah sebisa mungkin untuk terus beribadah, jangan lupa amal shalihnya. ◘ Biaya Dalam mempelajari syariat islam kita tentunya memerlukan biaya. Lalu bagaimana dengan orang- orang yang tidak mampu ? “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al- Baqarah : 286) Tapi alangkah baiknya bagi anda yang diberikan kelebihan untuk membantu orang-orang yang tidak mampu yang ingin mempelajari islam, atau membantu untuk meringankan kesusahan orang-orang fakir asal jangan membantu orang yang kesusahan ingin berbuat maksiat. “Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya” (QS. Al- Baqarah : 286)
◘ Bimbingan orang yang lebih pintar Maksud berteman dengan orang-orang yang pintar di sini ialah orang-orang yang pintar dalam hal agama bukan pintar dalam bermaksiat, berteman dengan orang-orang soleh banyak mendatangkan keuntungan buat kita sendiri iaitu mereka dapat menasihati kita pada saat kita melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syariat islam, membantu kita supaya tetap istiqomah di jalan Allah ini. Tapi hal ini bukan berarti kita harus menjauhi orang-orang yang hidupnya bergelimangan maksiat, kalau anda merasa bahwa anda adalah tipe yang bisa mempengaruhi maka ajaklah pelaku maksiat itu secara perlahan-lahan untuk mengikuti jalan Allah tetapi jika anda tipe yang mudah terpengaruh maka anda harus memutuskan untuk menjauhi mereka. ◘ Waktu yang panjang Teruslah untuk melakukan amal soleh dan jangan pernah berhenti untuk menebar kebajikan di sekitar anda. Perpanjanglah waktu solat anda dan jangan terburu- buru ingin segera mengakhirkan solat, karena pada saat solat itulah kita benar-benar berhadapan dengan Sang Pencipta, konsentrasikan fikiran anda dan kurangilah pikiran tentang dunia pada saat solat. Memang bukan hal mudah untuk membuat fikiran kita tidak melayang- layang pada saat solat tapi juga bukan hal yang mustahil selama kita terus mencubanya. Ingat jangan pernah menyerah untuk terus berdekatan dengan Allah.

MESTERI ALAM KUBUR

Jika kita memasuki daerah pekuburan dan melayangkan pandangan pada kuburan-kuburan yang tersusun rapi , maka kita akan mendapati keheningan dan sunyi yang berkepanjangan . Tak terdengar sedikitpun suara, meski banyak yang tinggal disitu. Kuburan-kuburan yang berjejer rapat , sementara dahulu mereka tinggal berjauhan, tidak saling mengenal antara satu dengan yang lainnya. Ada anak kecil yang masih menyusui, ada orang kaya, ada juga orang yang tak punya. Ada orang yang tua renta, dan ada pula anak muda. Namun, apakah gerangan yang terjadi pada mereka? Banyak diantara kita tidak mengetahui Misteri Alam Kubur. Oleh karena itu, kali ini kami akan mengajak anda untuk menjelajahi alam kubur sebagaimana yang telah dikabarkan oleh rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- berdasaarkan wahyu dari Allah – Subhanahu Wa Ta’ala-, bukan dari takhayyul yang dibuat-buat oleh manusia : . Uraian lengkap Hadits Shohih yang panjang dibawah ini . Al-Barra’ bin ‘Azib-radhiyallahu ‘anhu- dia berkata,: “Kami pernah mengiringi jenazah seorang dari sahabat anshar. Tatkala kami tiba di kuburan, ternyata penggalian lahat belum selesai. Akhirnya Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- duduk (menghadap kiblat), dan kami pun duduk di sekelilingnya. seolah-olah ada burung diatas kepala kami yang hinggap (karena dalam keadaan diam dan tenang). Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- memegang kayu yang beliau pukulkan ke tanah.(Beliau memandang ke langit lalu memandang ke tanah, lalu beliau mendongakkan kepalanya dan menundukkannya tiga kali). Kemudian beliau bersabda, اِسْتَعِيْذُوْا بِاللهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ “ Berlindunglah kalian kepada Allah dari siksa kubur “. Diucapkan dua atau tiga kali. (Kemudian Rasulullah bersabda, اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ “ Ya Allah aku berlindung kepadamu dari azab kubur “).tiga kali. Kemudian bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba yang mu’min apabila meninggal dunia dan menghadapi akhirat maka turunlah para malaikat dari langit. Wajahnya putih seakan-akan di wajah mereka itu matahari. Mereka membawa kain kafan diantara kafan-kafan surga dan hanuth (parfum) diantara parfum-parfum surga hingga mereka duduk dari tempat yamg jaraknya sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut - Alaihis Salam- hingga duduk di sisi kepalanya lalu dia berkata, “Wahai jiwa yang baik (dalam sebuah riwayat: yang tenang) keluarlah menuju kepada ampunan Allah dan keridhoan-Nya. (Rasulullah bersabda), “Maka keluarlah ruh itu mengalir seperti tetesan air dari wadahnya, lalu malaikat itu mengambilnya. Apabila malaikat maut telah mengambilnya, maka para malaikat itu tidak membiarkannya berada di tangan malaikat maut sekejap mata pun hingga mereka mengambilnya, lalu mereka meletakkan di dalam kafan dan parfum tersebut.(Maka itulah makna firman Allah -Ta’ala-, “ Dia diwafatkan oleh malaikat-malaikat kami; dan malaikat-malaikat kami itu tidak melalaikan kewajibannya “. (QS. Al An’am:61) Semerbak bau wangi seperti misik paling wangi yang didapati di muka bumi. Lalu mereka membawanya naik. Tidaklah mereka melewatkan ruh itu di hadapan sekumpulan para malaikat melainkan para malaikat itu mengatakan, Siapakah ruh yang wangi ini? Mereka menjawab, Fulan bin Fulan -disebut dengan nama- nama terbaik yang dulu mereka menyebutnya ketika di dunia- hingga mereka sampai di langit dunia. Lalu mereka minta agar pintu dibukakan untuk ruh itu. Maka dibukakan untuk mereka. Lalu para malaikat muqarrabun dari semua sisi langit itu mengantarkannya sampai ke langit yang berikutnya hingga berakhir di langit yang ke tujuh. Maka Allah -Ta’ala- berfirman, “Tulislah untuk hamba-Ku di ‘Illiyyin.”. “ Tahukah kamu apakah ‘Illiyyin itu? (yaitu) Kitab yang bertulis. Yang disaksikan oleh malaikat- malaikat yang didekatkan (kepada Allah ) “. (QS. Al-Muthoffifin:19-21). Maka ditulislah kitabnya di Illiyyin. (Kemudian Allah berfirman lagi), “Kembalikanlah ia ke bumi. sesungguhmya Aku (berjanji kepada mereka bahwa) dari bumilah Aku menciptakan mereka dan dari sana Aku kembalikan mereka, dan dari sana pula Aku mengeluarkan mereka lagi di kali yang lain”. Maka (ia dikembalikan ke bumi, dan) dikembalikan ruhnya itu ke dalam jasadnya.(Kata beliau -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, sesungguhnya ia mendengar suara sandal orang- orang yang mengantarnya, apabila mereka pulang meninggalkannya). Lalu ia didatangi oleh dua malaikat (yang keras hardikannya) seraya menghardiknya dan mendudukkannya. Lalu kedua malaikat itu bertanya kepadanya, “Siapa Rabbmu? ” Maka ia menjawab, “Rabbku adalah Allah”. Keduanya bertanya lagi, “Apa agamamu?” Dia menjawab, “Agamaku Islam”. Lalu keduanya bertanya lagi, “Siapakah orang yang diutus oleh Allah kepada kalian itu?” Dia menjawab, “Beliau adalah utusan Allah”. Lalu keduanya bertanya lagi kepadanya, “Apa saja amalanmu?”Dia menjawab, “ Aku membaca Kitabullah, lalu aku beriman kepadanya, dan membenarkannya”. Lalu malaikat itu bertanya lagi, “Siapa Rabbmu? dan apa agamamu? dan siapa nabimu?” Itulah akhir fitnah (ujian) atau pertanyaan yang diajukan kepada seorang mu’min. Maka itulah makna firman Allah -Ta’ala-, “ Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”. (QS.Ibrahim: 27) Lalu ia menjawab, “Rabbku adalah Allah; agamaku Islam, dan nabiku adalah Muhammad -Shollallahu ‘alaihi wasallam-”. Maka ada Penyeru (Allah) yang menyeru dari langit dengan mengatakan, “Telah benar hamba-Ku. maka bentangkanlah permadani dari jannah (surga) dan kenakanlah untuknya dari pakaian jannah, serta bukakanlah untuknya pintu ke jannah”. Lalu sampai kepadanya hawa jannah dan bau wanginya, dan diluaskan kuburnya sejauh mata memandang. Datanglah kepadanya (di dalam sebuah riwayat: didatangkan kepadanya dalam bentuk) seorang laki-laki yang tampan wajahnya bagus pakaiannya, dan wangi baunya, lalu orang itu mengatakan, “ Berbahagialah dengan apa yang membuatmu senang, (berbahagialah dengan keridhan dari Allah -Ta’ala-dan jannah yang di dalamnya ada nikmat- nikmat yang abadi). Ini adalah hari yang dijanjikan kepada engkau”. Lalu ia mengatakan kepadanya, “(Engkau telah diberi kabar gembira oleh Allah dengan kebaikan) Siapakah engkau ini? wajahmu menunjukkan wajah orang yang datang dengan kebaikan”. Orang itu menjawab, “Aku adalah amalanmu yang shalih (Demi Allah tidaklah aku mengetahuimu, kecuali engkau orang yang bersegera melakukan ketaatan kepada Allah. Maka Allah membalasmu dengan yang terbaik)”. Kemudian dibukakanlah untuknya pintu jannah dan pintu neraka. Lalu dikatakan kepadanya, “Inilah tempat tinggalmu jika engkau durhaka kepada Allah. Kemudian Allah menggantikanmu dengan yang itu (jannah)”. Saat ia melihat apa yang ada di dalam jannah, ia mengatakan, “Ya Rabbi, segerakanlah datangnya hari kiamat agar aku pulang lagi kepada keluargaku dan hartaku”. (Lalu dikatakan kepadanya:tenanglah). Lanjut beliau -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda , “ Sesungguhnya seorang hamba yang kafir (di dalam sebuah riwayat, “yang fajir/ durhaka” ) apabila ia meninggal dunia dan menghadapi akhirat, turunlah kepadanya para malaikat dari langit (yang keras lagi kejam) yang berwajah hitam-hitam. Mereka membawa pakaian kasar (dari neraka). lalu mereka duduk dari tempatnya sejauh mata memandang. kemudian datanglah malaikat maut hingga duduk di sisi kepalanya lalu ia berkata, “Wahai jiwa yang jelek! Keluarlah menuju kemurkaan Allah dan kemarahannya!” Maka tercerai-berai ruh itu di dalam jasadnya, kemudian dicabut seperti dicabutnya besi berduri (banyak cabangnya) dari bulu yang basah lalu tertarik putus bersamanya urat-urat dan pembuluhnya. (Kemudian ia dilaknat oleh setiap malaikat yang ada di antara langit dan bumi dan semua malaikat yang ada di langit; ditutuplah pintu-pintu langit. Tidak ada di antara malaikat penjaga pintu itu, kecuali mereka memohon kepada Allah agar ruh itu jangan dinaikkan melalui tempat mereka). Lalu malaikat maut mangambilnya. Apabila malaikat maut telah mengambilnya, maka para malaikat itu tidak membiarkannya berada di tangannya sekejap mata pun hingga mereka mengambilnya, lalu mereka meletakkannya di dalam kafan tersebut. Maka keluarlah dari ruh itu bau busuk seperti bangkai paling busuk yang didapati di muka bumi. Kemudian mereka membawanya naik. Tidaklah mereka melewatkan ruh itu di hadapan sekumpulan para malaikat, melainkan para malaikat itu mangatakan, “ Siapakah ruh yang sangat busuk ini? ” Mereka menjawab, Fulan bin Fulan – disebut dengan nama-nama terburuk yang dulu mereka menyebutnya ketika di dunia– hingga mereka sampai di langit dunia. Lalu mereka minta agar pintu dibukakan untuk ruh itu. Namun tidak dibukakan untuknya. Kemudian Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- membaca ayat, “ Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan . (QS. Al-A’ raf:40) Allah berfirman, “ Tulislah kitabnya di Sijjin, di bumi yang paling bawah “. (Kemudian Allah berfirman lagi), “Kembalikanlah ia ke bumi. Sesungguhmya Aku (berjanji kepada mereka bahwa) dari bumilah Aku menciptakan mereka dan dari sana Aku kembalikan mereka, dan dari sana pula Aku mengeluarkan mereka lagi di kali yang lain”. Maka dilemparkan ruh (dari langit) dengan lemparan (yang membuat ruh itu kembali ke dalam jasadnya) . Kemudian Rasulullah membaca, “ Barangsiapa yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, Maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit, lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh “. (QS. Al-Hajj: 31) Lalu dikembalikan ruh itu ke dalam jasadnya. ( Kata beliau -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, “ Sesungguhnya ia mendengar suara sandal orang- orang yang mengantarkannya apabila mereka pulang meninggalkannya). Lalu ia didatangi oleh dua malaikat (yang keras hardikannya), lalu keduanya menghardiknya dan mendudukkannya. Kemudian kedua malaikat itu bertanya kepadanya, “ Siapa Rabbmu? ” Maka ia menjawab, “ Haah…hah , saya tidak tahu “. Keduanya bertanya lagi, “ Apa agamamu? ” Dia menjawab, “ Haah hah, saya tidak tahu “. Lalu keduanya bertanya lagi, “apa komentarmu tentang orang yang diutus oleh Allah kepada kalian itu?” Dia tidak tahu namanya. Lalu dikatakan kepadanya, “Muhammad!?” Maka ia menjawab, “Haah…hah, saya tidak tahu (saya mendengar orang mengatakan begitu”. Lalu dikatakan kepadanya, “Engkau tidak tahu, dan tidak membaca?” Maka ada penyeru yang menyeru dari langit dengan mengatakan, “Dia dusta. Maka bentangkanlah permadani dari neraka dan bukakanlah untuknya pintu ke neraka”. Lalu sampailah kepadanya panas neraka dan hembusan panasnya. Disempitkan kuburnya hingga bertautlah tulang rusuknya karenanya. Datanglah kepadanya (di dalam sebuah riwayat: didatangkan kepadanya dalam bentuk) seorang laki-laki yang buruk wajahnya buruk pakaiannya dan busuk baunya. Lalu orang itu mengatakan, “Aku kabarkan kepadamu tentang sesuatu yang membuatmu menderita. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu”. Lalu ia mengatakan kepadanya, “(Engkau telah diberikan kabar jelek oleh Allah)”. Siapakah engkau ini? Wajahmu menunjukkan wajah orang yang datang dengan kejelekan”. Orang itu menjawab, “ Aku adalah amalanmu yang buruk . (Demi Allah, tidaklah aku mengetahuimu, kecuali engkau adalah orang yang berlambat-lambat dari melakukan ketaatan kepada Allah dan bergegas kepada kemaksiatan kepada Allah. Maka Allah membalasmu dengan yang terburuk)”. Kemudian didatangkan kepadanya seorang yang buta, tuli lagi bisu dengan membawa sebuah palu besar di tangannya! Kalau saja palu itu dipukulkan kepada gunung, tentu gunung itu menjadi debu. maka orang itu memukulkan palu itu kepadanya hingga ia menjadi debu. Kemudian Allah mengembalikannya lagi seperti semula. Lalu orang itu memukulnya sekali lagi hingga ia memekik keras dengan teriakan yang bisa didengar oleh segala yang ada, kecuali manusia dan jin. Kemudian dibukakan pintu neraka untuknya dan dibentangkan permadani dari neraka). Maka ia berkata:” Ya Rabbi! janganlah Engkau datangkan hari kiamat itu !” (HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya ( 4753) , Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (107) , Ath- Thoyalisiy dalam Al-Musnad (753) , dan Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf ( 12059). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (1630)) Demikianlah perjalanan kita kali ini. Semoga bisa menjadi nasihat bagi kita sebagai calon penghuni kubur yang akan segera menyusul orang-orang yang ada dalam liang lahat. Maka persiapkanlah imanmu dan amal sholihmu dengan mempelajarilah agamamu sehingga engkau menjadi orang-orang yang selamat dari hardikan malaikat, dan himpitan kubur yang gelap. Ingatlah dunia dan umurmu singkat !! Penulis: Buletin Jum’at Al-Atsariyyah Judul: Misteri Alam Kubur

SETELAH AJAL MENJEMPUT. MANRABBUKA, SANGGUPKAH KITA MENJAWABNYA

Sanggupkah aku menghadapi itu ? Saat di mana aku didudukkan di lubang yang gelap , kemudian datanglah kepada ku dua malaikat mengajukan pertanyaan: Siapa Rabb-mu, apa agamamu, dan siapa nabimu ? Sanggupkah aku menjawabnya ? … Sungguh, saat itu akan datang sebagaimana telah sering aku saksikan ia mendatangi orang lain, teman-temanku, tetanggaku, bahkan orang tua atau kerabatku. Sungguh, saat itu tak mungkin kuduga sebagaimana juga mereka tak pernah menduga didatangi oleh nya. Sungguh dia akan menjemput aku pergi ke tempat yang tak mampu aku bayangkan, tempat yang tak pernah kembali lagi mereka yang pergi ke sana, tempat yang di sana aku akan dihadapkan dengan pertanyaan. Sungguh, semua itu benar adanya. Tak ada alasan bagi ku untuk tidak percaya hal itu bakal terjadi, sebagaimana tak ada alasan bagi ku untuk mengingkari adanya Al Khaliq. Juga sebagaimana tak ada alasan bagi ku untuk memungkiri adanya getaran kegelisahan dalam bathinku tatkala aku melakukan perbuatan yang fitrahku mengenalnya sebagai dosa. Hanya saja. Sanggupkah aku menghadapi itu ? Saat di mana aku didudukkan di lubang yang gelap, kemudian datanglah kepada ku dua malaikat mengajukan pertanyaan: Siapa Rabb-mu, apa agamamu, dan siapa nabimu ? Sanggupkah aku menjawabnya ? … Apa yang akan aku katakan, ketika ditanya tentang siapa Rabb-ku ? Cukupkah kujawab : Rabb-ku adalah ALLAH ? Semudah itukah menghadapi fitnah qubur ? Rasanya tidak. Tidak akan semudah itu. Sebagaimana telah tertanamkan dalam jiwaku keyakinan akan adanya Engkau, tertanam pula keyakinan ,bahwa tidaklah segala sesuatu itu ada dan terjadi dengan sendirinya serta tanpa maksud dan tujuan. Lantas bolehkah terlintas dalam benakku : “ Mustahil aku akan tersesat dan terjatuh ke dalam kekufuran.” ? Bolehkah terucap lewat lisanku: “ Keberhasilan yang aku peroleh adalah semata- mata hasil prestasiku.” ? Bolehkah aku beranggapan : “ Bahwa tanda keridhoan-Mu adalah dengan terjadinya apa yang terjadi atau berlakunya apa yang hendak aku lakukan.” ? Sungguh tak mungkin aku mengatakan: “ Alangkah kejamnya Engkau, membiarkan seorang bayi lahir dalam keadaan cacat. Alangkah tak adilnya Engkau, membiarkan pelaku ma’shiyat sejahtera bermandikan kesenangan, sedangkan mereka yang tha’at dalam keadaan miskin berlumurkan kesengsaraan.” Sungguh tak mungkin aku mengatakannya. Namun, mengapa sering bathin ini protes manakala aku tertimpa musibah atau doaku tak kunjung terkabul? Ya, ALLAH. Ternyata tak ada jalan untuk mengenal Mu kecuali melalui diri-Mu. Kalau bukan karena hidayah-Mu, sungguh akan tertanam dalam batinku, terucap dari lisanku, dan terwujud lewat perbuatanku segala yang bertentangan dengan kekuasaan-Mu, bertentangan dengan hak-Mu untuk diibadahi, serta bertentangan dengan kemuliaan nama-nama dan sifat-sifat-Mu. Maka, sudahkah aku mengenal segala kekuasan-Mu dan mengakui keesaan-Mu dalam hal mencipta, memiliki, dan mengatur alam semesta ini? Kemudian, apa yang akan aku katakan ketika ditanya tentang apa agamaku? Cukupkah kujawab: Agamaku Islam? Semudah itukah menghadapi fitnah qubur? Rasanya tidak. Tidak akan semudah itu. Sebagaimana telah tertanam di dalam jiwaku keyakinan akan kesempurnaan agama ini, tertanam pula keyakinan bahwa agama ini disampaikan kepada manusia agar mereka memperoleh kemudahan dan kebahagiaan hidup di dunia – sebelum di akhirat kelak tentunya-. Lantas bolehkah terlintas dalam benakku: ”Agama ini tidak realistis, kurang membumi.” ? Bolehkah terucap lewat lisanku: “Jaman sekarang ini jangankan mencari yang halal, mencari yang haram saja susah.”? Bolehkah aku beranggapan: “ Semua agama itu baik.” ? Sungguh tak mungkin aku mengatakan: “ Alangkah enaknya menjadi orang-orang kafir di muka bumi ini, alangkah kunonya agama ini, dan alangkah sempit serta terbatasnya ruang ibadah yang tersedia di sana.” Sungguh tak mungkin aku mengatakannya. Namun mengapa sering bathin ini protes manakala terasa dunia dan segala suguhannya tak memihak kepada ku? Mengapa bathin ini diam saja dan tak sedikitpun tergerak untuk membenci mereka yang menghujat agama ini? Ya, ALLAH. Kalau bukan karena hidayah-Mu, sungguh akan tertanam di dalam bathinku, terucap dari lisanku, dan terwujud lewat perbuatanku segala yang bertentangan dengan agama yang mulia ini. Bahkan boleh jadi aku tak mengenal agama ini sebagaimana ia diperkenalkan oleh pembawanya. Boleh jadi aku tak mengenal keseluruhan aturan yang ada di dalam nya. Dan boleh jadi aku telah terjatuh ke dalam perbuatan yang telah mengeluarkan aku dari nya. Kemudian, apa yang akan aku katakan ketika ditanya tentang siapa nabiku? Cukupkah kujawab: Nabiku Muhammad ? Semudah itukah fitnah qubur ? Rasanya tidak. Tidak akan semudah itu. Sebagaimana telah tertanam keyakinan dalam bathinku tentang kemuliaan akhlaqnya, sifat amanahnya, dan kejujurannya, tertanam pula keyakinan bahwa dialah ShallAllahu ‘Alaihi Wasallam teladan terbaik bagi umat manusia. Lantas bolehkah terlintas dalam benakku: “ Ada jalan untuk mendekatkan diri kepada ALLAH Subhanahu Wa Ta’aala selain dari yang telah dicontohkan oleh beliau ShallAllahu ‘Alaihi Wasallam” ? Bolehkah terucap lewat lisanku: “ Memelihara jenggot itu jorok, menjilat-jilati jari sehabis makan itu juga jorok, dan poligami itu jahat.” ? Bolehkah aku beranggapan: “Mengikuti Sunnahnya itu tidak wajib.” ? Sungguh tak mungkin aku mengatakan: “ Rasulullah ShallAllahu ‘Alaihi Wasallam lupa menyampaikan ini dan itu. Rasulullah ShallAllahu ‘Alaihi Wasallam sengaja menyembunyikan risalah, atau Rasulullah ShallAllahu ‘Alaihi Wasallam tidak mengetahui apa yang baik bagi umatnya. Sungguh tak mungkin aku mengatakannya. Namun mengapa sering bathin ini protes dan merasa berat dengan apa yang telah ia tetapkan dan contohkan ? Mengapa aqal dan hawa nafsu ini sering merasa lebih tahu -tentang baik dan buruk- ketimbang beliau ShallAllahu ‘ Alaihi Wasallam ? Ya, Allah. Kalau bukan karena hidayah-Mu, sungguh akan tertanam di dalam bathinku, terucap dari lisanku, dan terwujud lewat perbuatanku berbagai pengingkaran terhadap kenabian dan kerasulan Muhammad ShallAllahu ‘ Alaihi Wasallam. Boleh jadi itu bermula dari acuh tak acuhnya aku untuk mengenal nama-nama dan nasab beliau ShallAllahu ‘Alaihi Wasallam dan dari kurang minatnya aku membaca serta mempelajari riwayat hidupnya. Akhirnya butalah aku akan sunnah-sunnahnya dan tak mengertilah aku akan misi risalahnya. Dan jadilah aku orang yang hanya ikut-ikutan menyebut namanya tanpa memahami pertanggungjawabannya. Sanggupkah aku menjawabnya ?… Sungguh, aku akan berhadapan dengan pertanyaan yang jawabnya tak cukup di lisan, tetapi dari dalam keyakinan dan dibuktikan oleh perbuatan. Bukan hasil dari menghafal, tetapi dari beramal.Tak ada yang sanggup menuntun aku untuk menjawabnya kelak kecuali Engkau, Ya Allah. Aku tahu itu dan aku yakin, sebagaimana telah Engkau janjikan: يُثَبِّتُ اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ “ Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat …”(Ibrahim: 27) Sumber : Ushul Tsalasah Dikutip dari ahlussunnah-jakarta Penulis: Al Ustadz Abu Khaulah Zainal Abidin Judul: Setelah Ajal Menjemput

HUKUM ORG YG MENGAKU MENGETAHUI PERKARA GAIB

Di zaman kita muncul pendusta-pendusta ulung yang suka menipu manusia. Sebagian orang menamainya dengan “para normal”, “tau macca” ( Bugis: “orang pintar”), “ tukang sihir”, “dukun “, dan lainnya. Pendusta-pendusta ulung ini walaupun ia tak “sehebat” dengan bapak professor, namun ia punya “ kepandaian ” dalam menipu orang dengan jubah agama. Dia mampu memukau orang dengan berbagai macam tipuannya. Pendusta-pendusta ulung ini juga mengaku tahu perkara ghaib. Ketika ditanyai tentang nasib orang, rezqinya, jodohnya, atau sandalnya yang hilang, maka ia pun berusaha menipu manusia dengan jawaban-jawaban yang dusta. Terkadang juga dengan jawaban yang benar secara kebetulan, atau karena hasil kerja samanya dengan setan yang membantu dirinya di atas kekafiran. Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin- rahimahullah- pernah ditanya tentang pendusta- pendusta ini, yang mengaku tahu perkara ghaib dengan pertanyaan berikut: “ Apa hukumnya orang yang mengaku tahu perkara ghaib? ” Syaikh Al-Utsaimin-rahimahullah- menjawab pertanyaan ini dalam kitabnya Fatawa Arkan Al- Islam (hal. 40) , “ Hukumnya orang yang mengaku tahu perkara ghaib bahwa ia kafir , karena ia adalah orang yang mendustakan Allah -Azza wa Jalla- . Allah -Ta’ala- berfirman, “ Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan “. (QS.An-Naml : 65). e Apabila Allah -Azza wa Jalla- memerintahkan Nabi- Nya Muhammad -Shollallahu ‘alaihi wasallam- untuk mengumumkan kepada orang banyak ( publik) bahwa tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah. Apabila demikian, maka sesungguhnya orang yang mengaku tahu perkara ghaib telah mendustakan Allah -Azza wa Jalla- dalam berita (ayat) ini. Kami katakan kepada mereka (para pendusta itu), “ Bagaimana mungkin kalian bisa mengetahui, sementara Nabi - Shallallahu ‘alaihi wa sallam- tidak mengetahui perkara ghaib?! Apakah kalian lebih mulia ataukah Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- ?!” Jika mereka berkata, “Kami lebih mulia daripada Rasul”, maka mereka ini kafir, karena ucapan ini. Bila mereka berkata, “Beliau lebih mulia”, maka kami katakan, “Kenapa dihalangi (disembunyikan) bagi beliau perkara ghaib, sedang kalian malah bisa tahu?! Padahal Allah -Azza wa Jalla- sungguh telah berfirman tentang diri-Nya, “(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, Maka dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya. Maka Sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga ( malaikat) di muka dan di belakangnya “. (QS.Al-Jin : 26-27). Ini adalah ayat kedua yang menunjukkan kafirnya orang yang mengaku tahu perkara ghaib. Allah - Ta’ala- juga sungguh telah memerintahkan Nabi- Nya untuk mengumumkan kepada publik dalam firman-Nya, “ Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) Aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) Aku mengatakan kepadamu bahwa Aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: “Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?” Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)? ” (QS. Al-An’am : 50)”. Hukum Ilmu Pengasih Ada sebagian orang tua yang jahil, ketika anaknya tidak akur, dan damai dengan suami atau istrinya sebab keduanya menikah secara paksa. Maka si orang tua pun mendatangi Mbah dukun alias tukang sihir sambil minta ilmu pengasih (semacam sihir) untuk merukunkan kedua pasangan itu. Padahal ini adalah haram, karena ia sihir !! Karenanya, Syaikh Muhammad bin Sholih Al- Utsaimin-rahimahullah- berkata dalam kitabnya Fatawa Arkan Al-Islam (hal. 153) ketika beliau ditanya tentang merukunkan dua pasangan dengan ilmu sihir alias ilmu pengasih, “Ini adalah perbuatan haram, tidak boleh !! Ini yang disebut dengan “ilmu pengasih”. Sihir yang terjadi dengannya cerai, maka ini disebut dengan “pelet”, dan ini juga adalah haram!! Terkadang ia adalah kekafiran dan kesyirikan. Allah -Ta’ala- berfirman, “ Keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami Hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (Kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka Mengetahui “. (QS. Al-Baqarah : 102). Jadi, melakukan sihir adalah haram, walaupun dengan niat baik, yaitu ingin merukunkan kedua pasangan, maka hal itu tetap haram. Demikian pula seseorang tak boleh melakukan sihir dalam rangka menghibur orang seperti yang biasa ditampilkan oleh para penjual obat tradisional di sebagian pasar kaum muslimin; atau seperti acara yang ditampilkan dalam sebagian siaran televisi, seperti “ Acara Penampakan Hantu”, “Sulap “. Seorang muslim dilarang keras untuk mendatangi para tukang sihir yang kita kenal dengan “ para normal”, “peramal” alias “dukun ” sebagaimana yang ditegaskan oleh Rasulullah -Shollallahu ‘ alaihi wasallam-, مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاٌة أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً “ Barang siapa yang mendatangi peramal, kemudian menanyakan kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya selama emapat puluh hari ” . [HR. Muslim (2230) Al-Imam Abu Zakariya An-Nawawiy-rahimahullah- berkata, "Adapun arrof (peramal), sungguh telah lewat penjelasannya, dan bahwa ia adalah termasuk golongan para dukun". [Lihat Al- MinhajSyarh Shohih Muslim (14 /227) ] Bahkan Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “ Barang siapa yang mendatangi dukun atau arraf (peramal) lalu membenarkan apa yang ia katakan, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad “. [HR. Ahmad dalam Musnad- nya (2 /429 /no.9532) , Al-Hakim dalam Al- Mustadrok (1 /8 /no.15) , Al Baihaqi (7 /198 /no. 16274) , dan di-shahih-kan oleh Syaikh Al Albaniy dalam Shohih At-Targhib (3047) Maksudnya, ia telah mengingkari ayat yang diturunkan kepada Muhammad -Shollallahu ‘alaihi wasallam- berikut ini, " Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan ". (QS. An-Naml: 65) [ Lihar Al-Qaul Al- Mufid (hal.33) , cet. Darul Aqidah]. Hadits ini menunjukkan kafirnya orang yang membenarkan para tukang sihir (dukun, para normal, dan peramal), jika ia meyakini bahwa tukang sihir itu mengetahui perkara ghaib. Adapun hadits yang sebelumnya, menunjukkan tidak kafirnya orang yang membenarkan dukun atau peramal, jika ia tidak meyakini demikian, tapi ia meyakini bahwa itu adalah berita dari jin yang dicuri dengar dari malaikat. Perlu diketahui bahwa sekalipun ia tak kafir, namun membenarkan dukun adalah dosa besar yang menyebabkan pahala sholat tertolak !! Abdur Ra’uf Al-Munawiy-rahimahullah- berkata, “ Hadits ini dengan hadits yang sebelumnya tak ada kontradiksi, karena maksudnya, orang yang membenarkan dukun jika ia meyakini bahwa si dukun mengetahui perkara ghaib, maka ia kafir; jika ia meyakini bahwa jin membisikkan kepada si dukun sesuatu yang ia curi dengar dari malaikat, dan bahwa hal itu melalui wangsit (dari jin), lalu ia (orang yang datang ke dukun) membenarkan dukun dari cara seperti ini, maka ia tak kafir “. [ Lihat Faidhul Qodir (6 /23 /no. 10883) ] Inilah hukumnya orang yang mendatangi para dukun alias tukang sihir. Orang yang mendatanginya walaupun untuk sekedar mengujinya, maka sholatnya tak diterima. Lebih lagi jika ia membenarkannya, maka para ulama’ menyatakan kafirnya orang ini. Wallahu a’lam. Tuntunan bagi Mu’allaf Orang kafir ketika masuk Islam, maka hendaknya ia segera mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat), jangan menunda hal itu dengan kegiatan apapun. Tapi hendaknya ia segera mengucapkan kalimat syahadatain. Para ulama’ Ahlus Sunnah wal Jama’ah di sebuah negeri Timur Tengah pernah ditanya, “ Seorang yang kafir mau masuk Islam. Apakah ia langsung mengucapkan syahadatain ataukah ia berwudhu’ lebih dahulu?” Para ulama kita tersebut yang tergabung dalam sebuah lembaga fatwa Al-Lajnah Ad-Da’imah lil Buhuts Al-Ilmiyyah wal Ifta’ memberikan jawaban, “Dia mengucapkan syahadatain lebih dulu, lalu ia bersuci untuk sholat; disyari’atkan mandi, karena Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- memerintahkan sebagian sahabat hal itu (mandi) saat ia masuk Islam “. [Lihat FatawaAl-Lajnah Ad- Da’imah lil Buhuts Al-Ilmiyyah wal Ifta’ (1/88-89), cet. Dar Balansiyah] Jika seorang masuk ke dalam Islam, maka diwajibkan bagi dirinya untuk mandi wajib (seperti mandi junub) setelah mengucapkan kalimat syahadatain sebagaimana yang dijelaskan dalam beberapa hadits dari Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam-. Ini perlu diketahui, karena terkadang seorang kafir masuk ke dalam Islam, namun tidak ada seorang muslim pun yang tahu kalau mandi bagi si kafir tersebut wajib baginya, ketika ia sudah usai ber-syahadat. Dalil yang menunjukkan disyari’atkannya mandi saat seorang masuk Islam, sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, عَنْ قَيْسِ بْنِ عَاصِمٍ أَنَّهُ أَسْلَمَ فَأَمَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَغْتَسِلَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ “ Dari Qois bin ‘Ashim bahwa ia telah masuk Islam, lalu ia diperintahkan oleh Nabi -Shollallahu ‘ alaihi wasallam- untuk mandi dengan air dan daun bidara “. [HR. Abu Dawud (351), At-Tirmidziy (602) , dan An-Nasa`iy (1 /109) , dan di-shohih-kan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy dalam Irwa’ Al-Gholil (128)] Dikutip dari http://almakassari.com/?p=294 dari Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 69 Tahun II, Judul: Mngaku Tahu Perkara Ghaib

TAUKAH ANDA BAHWA MALAIKAT. JIN DAN MANUSIA TIDAK AKAN DAPAT MENGETAHUI YANG GHAIB

Banyak sekali orang yang tertipu dan keliru kemudian mengira jika bangsa jin mengetahui yang ghaib, terutama bagi mereka yang terjun dalam kancah sihir dan perdukunan. Akibatnya, kepercayaan dan ketergantungan mereka terhadap jin sangatlah besar sehingga menggiring mereka kepada kekufuran. Simak bahasan berikut. Mempercayai hal-hal yang ghaib merupakan salah satu syarat dari benarnya keimanan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: الم. ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ. الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلاَةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُوْنَ. وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِاْلآخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ. أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ “ Alif laam miim. Kitab (Al-Qur`an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur`an) yang diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu. Serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung .” (Al- Baqarah: 1-5) Ghaib adalah segala sesuatu yang tersembunyi dan tidak terlihat oleh manusia , seperti surga, neraka dan apa yang ada di dalamnya, alam malaikat, hari akhir, alam langit dan yang lainnya yang tidak bisa diketahui manusia kecuali bila ada pemberitaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. ( Lihat Tafsir Al-Qur`anul ‘Azhim, 1/53) Alam jin dan wujud jin dalam bentuk asli seperti yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan adalah ghaib bagi kita. Namun golongan jin dapat berubah-ubah bentuk dengan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan amat mungkin bagi mereka melakukan penampakan, sehingga kita dapat melihatnya dalam wujud yang bukan aslinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْنَهُمْ “ Sesungguhnya ia (setan) dan pengikut- pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka .” (Al-A’raf: 27) Dari Abu As-Sa`ib, maula Hisyam bin Zuhrah, beliau bercerita bahwa dirinya pernah berkunjung ke rumah Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu, katanya: “ Aku mendapatinya tengah mengerjakan shalat, akupun duduk menunggunya hingga beliau selesai. Tiba-tiba aku mendengar adanya gerakan pada bejana tempat minum yang ada di pojok rumah. Aku menoleh ke arahnya dan ternyata ada seekor ular. Aku segera meloncat untuk membunuhnya, namun Abu Sa’id memberi isyarat kepadaku agar aku duduk. Ketika ia selesai dari shalatnya, ia menunjuk ke sebuah rumah yang ada di kampung itu sambil berkata: ‘Apakah engkau lihat rumah itu?’ ‘Ya,’ jawabku. Ia kemudian menuturkan, ‘Dahulu yang tinggal di rumah itu adalah seorang pemuda yang baru saja menjadi pengantin. Kala itu kami berangkat bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ke Khandaq dan pemuda itupun ikut bersama kami. Saat tengah hari, pemuda itu meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk pulang menemui istrinya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkannya sambil berpesan: ‘Bawalah senjatamu karena aku khawatir engkau bertemu dengan orang-orang dari Bani Quraidhah.’ Pemuda itu mengambil senjatanya, kemudian pulang menemui istrinya. Setibanya di rumah, ternyata istrinya sedang berdiri di antara dua daun pintu. Ia mengarahkan tombaknya kepada istrinya untuk melukainya karena merasa cemburu karena istrinya berada di luar rumah. Istrinya berkata kepadanya: “Tahan dulu tombakmu, dan masuklah ke dalam rumah sehingga engkau akan tahu apa yang menyebabkan aku sampai keluar rumah! ” Pemuda itu masuk, dan ternyata terdapat seekor ular besar yang melingkar di atas tempat tidur. Pemuda itu lantas menghunuskan tombaknya dan menusukkannya pada ular tersebut. Setelah itu, ia keluar dan menancapkan tombaknya di dinding rumah. Ular itu (yang belum mati, red.) menyerangnya dan terjadilah pergumulan dengan ular tersebut. Tidak diketahui secara pasti mana di antara keduanya yang lebih dahulu mati, ular atau pemuda itu.’ Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu melanjutkan ceritanya: ‘Kami menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan melaporkan kejadian itu kepadanya dan kami sampaikan kepada beliau: ‘Mohonlah kepada Allah agar menghidupkannya demi kebahagiaan kami.’ Beliau menjawab: ‘Mohonlah ampun untuk shahabat kalian itu!’ Selanjutnya beliau bersabda: ‘Sesungguhnya di Madinah terdapat golongan jin yang telah masuk Islam, maka jika kalian melihat sebagian mereka – dalam wujud ular– berilah peringatan tiga hari. Dan apabila masih terlihat olehmu setelah itu, bunuhlah ia, karena sebenarnya dia adalah setan . ” (HR. Muslim no. 2236 dan 139 dari Abu Sa`ib, maula Hisyam bin Zuhrah)1 Para Rasul Tidak Mengetahui yang Ghaib Telah disebutkan sebelumnya bahwa sekumpulan jin datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian mendengarkan bacaan Al- Qur`an. Ketika itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui kehadiran mereka kecuali setelah sebuah pohon memberitahunya –dan Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Kuasa untuk menjadikan pohon dapat berbicara– seperti yang disebutkan Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya dari shahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu. Ini menunjukkan bahwa beliau tidak mengetahui perkara ghaib kecuali yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala kabarkan. (Nashihati li Ahlis Sunnah Minal Jin) Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: قُلْ لاَ أَقُوْلُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللهِ وَلاَ أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلاَ أَقُوْلُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوْحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي اْلأَعْمَى وَالْبَصِيْرُ أَفَلاَ تَتَفَكَّرُوْنَ “ Katakanlah: ‘Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak pula aku mengetahui yang ghaib dan tidak pula aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengetahui kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.’ Katakanlah: ‘ Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?’ Maka apakah kamu tidak memikirkannya? ” (Al-An’am: 50) Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: قُلْ لاَ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاءَ اللهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوْءُ إِنْ أَنَا إِلاَّ نَذِيْرٌ وَبَشِيْرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُوْنَ “ Katakanlah: ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak pula menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku berbuat kebajikan sebanyak- banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman ’.” (Al-A’raf: 188) Para Malaikat Tidak Mengetahui yang Ghaib Kendatipun para malaikat adalah mahluk yang dekat di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun untuk urusan ghaib ternyata mereka pun tidak mengetahuinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman saat pertama kali hendak menciptakan manusia: وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي اْلأَرْضِ خَلِيْفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُوْنَ. وَعَلَّمَ آدَمَ اْلأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُوْنِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاَءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ. قَالُوا سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ “ Dan ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Allah berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.’ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama ( benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda- benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!’ Mereka menjawab: ‘Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana’ .” (Al-Baqarah: 30-32) Kaum Jin Tidak Mengetahui yang Ghaib Banyak sekali orang yang tertipu dan keliru kemudian mengira jika bangsa jin mengetahui yang ghaib, terutama bagi mereka yang terjun dalam kancah sihir dan perdukunan. Akibatnya, kepercayaan dan ketergantungan mereka terhadap jin sangatlah besar sehingga menggiring mereka kepada kekufuran. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tegas telah mementahkan anggapan ini dalam firman- Nya: فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلاَّ دَابَّةُ اْلأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُوْنَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِيْنِ “ Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan .” (Saba`: 14) Manusia Tidak Dapat Mengetahui Alam Ghaib Jika para rasul yang merupakan utusan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam menyampaikan syariat-Nya kepada manusia tidak mengetahui hal yang ghaib sedikitpun, maka sudah tentu manusia secara umum tidak ada yang dapat mengetahui alam ghaib atau menjangkau batasan-batasannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya memerintahkan agar mengimani perkara yang ghaib dengan keimanan yang benar. Keyakinan seperti ini agaknya sudah mulai membias. Apalagi saat ini banyak sekali orang yang menampilkan dirinya sebagai narasumber untuk urusan-urusan yang ghaib, mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan masa depan seseorang, dari mulai jodoh, karir, bisnis, atau yang lainnya. Kata ‘dukun’ barangkali sekarang ini jarang didengar dan bahkan serta merta mereka akan menolak bila dikatakan dukun. Dalihnya, apalagi kalau bukan seputar “Kami tidak meminta syarat- syarat apapun kepada anda”, “Kami tidak menyuruh memotong ayam putih”, dan sebagainya. Padahal praktek seperti itu adalah praktek dukun juga. Bedanya, dukun sekarang ini berpendidikan sehingga bahasa yang digunakannya pun bahasa-bahasa ilmiah, sehingga mereka jelas enggan disebut dukun. Tak ada seorang pun yang dapat melihat dan mengetahui perkara ghaib, menentukan ini dan itu terhadap sesuatu yang belum dan akan terjadi di masa datang. Jika toh bisa, itu semata-mata bantuan dan tipuan dari setan, sehingga dusta bila itu dihasilkan dari latihan dan olah jiwa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ فَاتَّبَعُوْهُ إِلاَّ فَرِيْقًا مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ. وَمَا كَانَ لَهُ عَلَيْهِمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلاَّ لِنَعْلَمَ مَنْ يُؤْمِنُ بِاْلآخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِي شَكٍّ وَرَبُّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيْظٌ “ Dan sesungguhnya Iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman. Dan tidak adalah kekuasaan Iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang hal itu. Dan Rabbmu Maha Memelihara segala sesuatu .” ( Saba`: 20-21) Ada pula sebagian manusia yang memiliki aqidah rusak, di mana mereka meyakini adanya sebagian orang yang keberadaannya ghaib dari pandangan manusia, dan biasanya identik dengan orang- orang yang dianggap telah suci jiwanya. Mereka mengistilahkannya dengan roh suci atau rijalul ghaib. Ketahuilah bahwa tidak ada istilah manusia ghaib. Tidak ada pula istilah rijalul ghaib di tengah- tengah manusia. Rijalul ghaib itu tiada lain adalah jin. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ اْلإِنْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوْهُمْ رَهَقًا “ Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan .” (Al- Jin: 6) ( Lihat Qa’idah ‘Azhimah, hal. 152) Alam ghaib tetaplah ghaib, sesuatu yang tidak bisa diketahui dan dilihat manusia kecuali apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala beritakan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: عَالِمُ الْغَيْبِ فَلاَ يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا. إِلاَّ مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُوْلٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا “(Dia adalah) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya .” (Al-Jin: 26-27) Kunci-kunci Ghaib adalah Milik Allah Subhanahu wa Ta’ala Semata Sesungguhnya tak ada seorangpun yang mengetahui perkara ghaib dan hal-hal yang berhubungan dengannya, kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah banyak menegaskan hal ini dalam Al- Qur`an. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: قُلْ لاَ يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ وَمَا يَشْعُرُوْنَ أَيَّانَ يُبْعَثُوْنَ “ Katakanlah: ‘Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah’, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan .” (An-Naml: 65) Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: إِنَّ اللهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي اْلأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوْتُ إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ “ Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat, dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal .” (Luqman: 34) Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman: ذَلِكَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْعَزِيْزُ الرَّحِيْمُ “ Yang demikian itu ialah Rabb Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang .” (As-Sajdah: 6) Dalam ayat lainnya: قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُوْنَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُوْنَ “ Allah berfirman: ‘Bukankah sudah Aku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ?’. ” (Al-Baqarah: 33) Banyak sekali dalil-dalil yang berhubungan dengan masalah ini. Namun mungkin yang disebutkan di sini, sudah dapat mewakili bahwa Allah-lah yang mengetahui hal ihwal alam ghaib. Sedangkan manusia, tak ada yang bisa mengetahui dan melihatnya kecuali apa-apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala kuasakan. Mudah-mudahan semua uraian-uraian di atas bermanfaat bagi kita semua. Amin yaa Mujiibas sa`iliin. Wal ’ilmu ‘indallah. 1 Terjadi perbedaan pendapat dalam hal membunuh ular yang berada di rumah. Sebagian ulama berpendapat bahwa pemberian peringatan terlebih dahulu itu hanya berlaku di Madinah, adapun di tempat selainnya bisa langsung dibunuh. Ini adalah pendapat Al-Imam Malik, dan yang dikuatkan oleh Al-Maziri. Sebagian yang lain berpendapat bahwa pemberian peringatan terlebih dahulu bersifat umum, bukan hanya di Madinah. Kecuali ular Al-Abtar yakni yang berekor pendek dan Dzu Thufyatain, yang mempunyai dua garis lurus berwarna putih di punggungnya, boleh langsung dibunuh walaupun di rumah. Sumber : http://www.asysyariah.com Penulis: Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf, Judul: Malaikat, Manusia dan Jin Tidak Dapat Mengetahui yang Ghaib dengan sedikit pengeditan tanpa mengurangi akna.

JANGANLAH BANYAK BERSUMPAH

Allah Subhanahu wa ta’ala mewasiatkan kita untuk menjaga sumpah serta menghukum jika sumpah-sumpah yang di sengaja dilanggar, dan harus membayar kafarat (melanggar) sumpah itu. Simak uraian ulama berikut ini: Al-Quran Firman Allah Subhanahu wata’ala : واحفظوا أيمانكم “ Dan jagalah sumpahmu …” (QS. Al Maidah, 89). Al Hadits Abu Hurairah Radhiallahu’anhu berkata : “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : الحلف منفقة للسلعة ممحقة للكسب “ Sumpah itu dapat melariskan barang dagangan namun dapat menghapus keberkahan usaha .” ( HR. Bukhari dan Muslim). Diriwayatkan dari Salman Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : ثلاثة لا يكلمهم الله ولا يزكيهم ولهم عذاب أليم ؛ أشيمط زان، وعائل مستكبر، ورجل جعل الله بضاعته لا يشتري إلا بيمينه ولا يبيع إلى بيمينه ” رواه الطبراني بسند صحيح. “ Tiga orang yang mereka itu tidak diajak bicara dan tidak disucikan oleh Allah (pada hari kiamat), dan mereka menerima adzab yang pedih, yaitu : orang yang sudah beruban (tua) yang berzina, orang miskin yang sombong, dan orang yang menjadikan Allah sebagai barang dagangannya, ia tidak membeli atau menjual kecuali dengan bersumpah ” (HR. Thabrani dengan sanad yang shaheh). Diriwayatkan dalam shoheh Bukhari dan Muslim dari Imran bin Husain Radhiallahu’anhu ia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “خير أمتي قرني ، ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم “، – قال عمران : فلا أدري أذكر بعد قرنه مرتين أو ثلاثا ؟ – ” ثم إن بعدكم قوم يشهدون ولا يستشهدون، ويخونون ولا يؤتمنون، وينذرون ولا يوفون ويظهر فيهم السمن” “ Sebaik-baik umatku adalah mereka yang hidup pada masaku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya lagi” – Imran berkata : “Aku tidak ingat lagi apakah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyebutkan generasi setelah masa beliau dua kali atau tiga ?” – “ Kemudian akan ada setelah masa kalian orang- orang yang memberikan kesaksian sebelum ia diminta, mereka berkhianat dan tidak dapat dipercaya, mereka bernadzar tapi tidak memenuhi nadzarnya, dan badan mereka tampak gemuk- gemuk ”. Diriwayatkan pula dalam shoheh Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu’anhu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : خير الناس قرني، ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم، ثم يجيء قوم تسبق شهادة أحدهم يمينه ويمينه شهادته “Sebaik-baik manusia adalah mereka yang hidup pada masaku, kemudian generasi yang datang berikutnya, kemudian generasi yang datang berikutnya lagi, kemudian akan datang orang- orang dimana diantara mereka kesaksiannya mendahului sumpahnya, dan sumpahnya mendahului kesaksiannya ”. Ibrahim (An Nakhoi) berkata : “ Mereka memukuli kami karena kesaksian atau sumpah (yang kami lakukan) ketika kami masih kecil ”. Penjelasan bab ini : 1. Adanya wasiat dari Allah untuk menjaga sumpah. 2. Penjelasan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bahwa sumpah itu dapat melariskan barang dagangan, tapi ia juga dapat menghapus keberkahan usaha itu. 3. Ancaman berat bagi orang yang selalu bersumpah, baik ketika menjual atau membeli. 4. Peringatan bahwa dosa itu bisa menjadi besar walaupun faktor yang mendorong untuk melakukannya itu kecil. 1) 5. Larangan dan celaan bagi orang yang bersumpah tanpa diminta. 6. Pujian Rasulullah untuk ketiga generasi atau keempat generasi (sebagaimana tersebut dalam suatu hadits), dan memberitakan apa yang akan terjadi selanjutnya. 7. Larangan dan celaan bagi orang yang memberikan kesaksian tanpa diminta. 8. Orang-orang salaf (terdahulu) memukul anak- anak kecil karena memberikan kesaksian atau bersumpah. 2) 1) Seperti orang yang sudah beruban (tua) yang berzina, atau orang melarat yang congkak, semestinya mereka tidak melakukan perbuatan dosa ini, karena faktor yang mendorong mereka untuk berbuat demikian adalah lemah atau kecil. 2) Hal tersebut dilakukan oleh orang-orang salaf untuk mendidik anak-anak agar tidak gampang bersaksi dan menyatakan sumpah, yang akhirnya akan menjadi suatu kebiasaan, kalau sudah menjadi kebiasaan, dengan ringan ia akan bersaksi atau bersumpah sampai dalam masalah yang tidak patut baginya untuk bersumpah. Dan banyak bersumpah itu dilarang, karena perbuatan ini menunjukkan suatu sikap meremehkan dan tidak mengagungkan nama Allah. Dikutip dari: file chm kitab tauhid penulis Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi, Judul Asli : Kitabut-Tauhid, Bab 62 : Larangan banyak bersumpah.

AKAL YG SEHAT TIDAK AKAN MENYELISIHI NASH ALQUR'AN DAN SUNNAH

Kedudukan Akal Dalam Islam Akal adalah nikmat besar yang Allah titipkan dalam jasmani manusia. Nikmat yang bisa disebut hadiah ini menunjukkan akan kekuasaan Allah yang sangat menakjubkan. (Al-’Aql wa Manzilatuhu fil Islam, hal. 5) Oleh karenanya, dalam banyak ayat Allah memberi semangat untuk berakal (yakni menggunakan akalnya), di antaranya: وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُوْمُ مُسَخَّرَاتٌ بِأَمْرِهِ إِنَّ فِيْ ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُوْنَ “ Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang- bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya) .” (An- Nahl: 12) وَفِي اْلأَرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيْلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَى بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ فِي اْلأُكُلِ إِنَّ فِيْ ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُوْنَ “ Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir .” (Ar-Ra’d: 4) Sebaliknya Allah mencela orang yang tidak berakal seperti dalam ayat-Nya: وَقَالُوْا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِيْ أَصْحَابِ السَّعِيْرِ “ Dan mereka berkata: ‘Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya tidaklah kami termasuk penghuni- penghuni neraka yang menyala-nyala’.” (Al-Mulk: 10) Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan : “( Maknanya yaitu) tidak berakal dan tidak punya tamyiz (daya pemilah)… Bagaimanapun (hal itu) tidak terpuji dari sisi itu, sehingga tidaklah terdapat dalam kitab Allah Subhanahu wa ta’ala serta dalam Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam pujian dan sanjungan bagi yang tidak berakal serta tidak punya tamyiz dan ilmu. Bahkan Allah Subhanahu wa ta’ala telah memuji amal, akal dan pemahaman bukan hanya dalam satu tempat, serta mencela keadaan yang sebaliknya di beberapa tempat… ” (Al-Istiqamah, 2/157) Kitapun dapat melihat agama Islam dalam ajarannya memberikan beberapa bentuk kemuliaan terhadap akal, seperti: 1. Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan akal sebagai tempat bergantungnya hukum sehingga orang yang tidak berakal tidak dibebani hukum. Nabi Shalllahu ‘alaihi wassalam bersabda: رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ عَنِ الْمَجْنُوْنِ الْمَغْلُوْبِ عَلىَ عَقْلِهِ حَتَّى يَبْرَأَ وَعَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقَظَ وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمُ “ Pena diangkat dari tiga golongan: orang yang gila yang akalnya tertutup sampai sembuh, orang yang tidur sehingga bangun, dan anak kecil sehingga baligh .” (HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Ad-Daruquthni dari shahabat ‘Ali dan Ibnu ‘Umar, Asy-Syaikh Al-Albani mengatakan: “ Shahih” dalam Shahih Jami’, no. 3512) 2. Islam menjadikan akal sebagai salah satu dari lima perkara yang harus dilindungi yaitu: agama, akal, harta, jiwa dan kehormatan. (Al-Islam Dinun Kamil hal. 34-35) 3. Allah Subhanahu wa ta’ala mengharamkan khamr untuk menjaga akal. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَاْلأَنْصَابُ وَاْلأَزْلاَمُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ “ Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya ( meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan .” (Al-Maidah: 90) Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٍ “ Setiap yang memabukkan itu haram .” ( Muttafaqun ‘alaihi dari Abu Musa Al-Asy‘ari) Asy-Syinqithi rahimahullah mengatakan: “ Dalam rangka menjaga akal maka wajib ditegakkan had bagi peminum khamr. ” (Al-Islam Dinun Kamil, hal. 34-35) 4. Tegaknya dakwah kepada keimanan berdasarkan kepuasan (kemantapan) akal. Artinya, keimanan tidak berarti mematikan akal, bahkan Islam menyuruh akal untuk beramal pada bidangnya sehingga mendukung kekuatan iman dan tidak ada ajaran manapun yang memuliakan akal sebagaimana Islam memuliakannya, tidak menyepelekan dan tidak pula berlebihan. Sedangkan yang dilakukan para pengkultus akal yang mereka beritikad memuliakan akal, pada hakikatnya mereka justru menghinakan akal serta menyiksanya karena mambebani akal dengan sesuatu yang tidak mampu. Walaupun akal dimuliakan tapi kita menyadari bahwa akal adalah sesuatu yang berada dalam jasmani makhluk. Maka ia sebagaimana makhluk yang lain, memiliki sifat lemah dan keterbatasan. As-Safarini rahimahullah berkata: “ Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan akal dan memberinya kekuatan adalah untuk berpikir dan Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan padanya batas yang ia harus berhenti padanya dari sisi berfikirnya bukan dari sisi ia menerima karunia Ilahi. Jika akal menggunakan daya pikirnya pada lingkup dan batasnya serta memaksimalkan pengkajiannya, ia akan tepat (menentukan) dengan ijin Allah. Tetapi jika ia menggunakan akalnya di luar lingkup dan batasnya yang Allah Subhanahu wa ta’ala telah tetapkan maka ia akan membabi buta… ” (Lawami’ul Anwar Al-Bahiyyah, hal. 1105) Untuk itu kita perlu mengetahui di mana sesungguhnya bidangnya akal. Intinya bahwa akal tidak mampu menjangkau perkara-perkara ghaib di balik alam nyata yang kita saksikan ini, seperti pengetahuan tentang Allah Subhanahu wa ta’ala dan sifat-sifat-Nya, arwah, surga dan neraka yang semua itu hanya dapat diketahui melalui wahyu. Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: تَفَكَّرُوْا فِيْ أَلاَءِ اللهِ وَلاَ تَفَكَّرُوْا فِيْ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ “ Berpikirlah pada makhluk-makhluk Allah dan jangan berpikir pada Dzat Allah .” (HR. Ath- Thabrani, Al-Lalikai dan Al-Baihaqi dari Ibnu ‘ Umar, lihat Ash-Shahihah no. 1788 dan Asy-Syaikh Al-Albani menghasankannya) وَيَسْأَلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوْتِيْتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلاَّ قَلِيْلاً “ Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: ‘Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit’ .” (Al-Isra: 85) Oleh karenanya, akal diperintahkan untuk pasrah dan mengamalkan perintah syariat meskipun ia tidak mengetahui hikmah di balik perintah itu. Karena, tidak semua hikmah dan sebab di balik hukum syariat bisa manusia ketahui. Yang terjadi, justru terlalu banyak hal yang tidak manusia ketahui sehingga akal wajib tunduk kepada syariat. Diumpamakan oleh para ulama bahwa kedudukan antara akal dengan syariat bagaikan kedudukan seorang awam dengan seorang mujtahid. Ketika ada seseorang yang ingin meminta fatwa dan tidak tahu mujtahid yang berfatwa (tidak tahu harus ke mana minta fatwa), maka orang awam itu pun menunjukkannya kepada mujtahid. Setelah mendapat fatwa, terjadi perbedaan pendapat antara mujtahid yang berfatwa dengan orang awam yang tadi menunjuki orang tersebut. Tentunya bagi yang meminta fatwa harus mengambil pendapat sang mujtahid yang berfatwa dan tidak mengambil pendapat orang awam tersebut karena orang awam itu telah mengakui keilmuan sang mujtahid dan bahwa dia (mujtahid) lebih tahu (lebih berilmu). (Lihat Syarh Aqidah Ath-Thahawiyah hal. 201) Al-Imam Az-Zuhri t mengatakan: “ Risalah datang dari Allah, kewajiban Rasul menyampaikan dan kewajiban kita menerima .” (Syarh Al-’Aqidah Ath- Thahawiyah hal. 201) Orang yang menggunakan akal tidak pada tempatnya, berarti ia telah menyalahgunakan dan melakukan kezaliman terhadap akalnya. Sesungguhnya madzhab filasafat dan ahli kalam yang ingin memuliakan akal dan mengangkatnya –demikian perkataan mereka– belum dan sama sekali tidak akan mencapai sepersepuluh dari sepersepuluh apa yang telah dicapai Islam dalam memuliakan akal -ini jika kita tidak mengatakan mereka telah berbuat jahat dengan sejahat- jahatnya terhadap akal. Di mana ia memaksakan akal masuk ke tempat yang tidak mungkin mendapatkan jalan ke sana. (Minhajul Istidlal, dinukil dari Al-’Aqlaniyyun hal. 21) Akal yang terpuji dan akal yang tercela Menengok penjelasan yang telah lalu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan akal terkadang terpuji, yaitu ketika pada tempatnya. Dan terkadang tercela yaitu ketika bukan pada tempatnya. Adapun pendapat akal yang terpuji, secara ringkas adalah yang sesuai dengan syariat dengan tetap mengutamakan dalil syariat. Sedang akal yang tercela adalah sebagaimana disimpulkan Ibnul Qayyim yang menyebutkan bahwa pendapat akal yang tercela itu ada beberapa macam : 1. Pendapat akal yang menyelisihi nash Al Qur’an atau As Sunnah . 2. Berbicara masalah agama dengan prasangka dan perkiraan yang dibarengi dengan sikap menyepelekan mempelajari nash-nash, memahaminya serta mengambil hukum darinya. 3. Pendapat akal yang berakibat menolak asma ( nama-nama) Allah , sifat-sifat dan perbuatan-Nya dengan teori atau qiyas (analogi) yang batil yang dibuat oleh para pengikut filsafat. 4. Pendapat yang mengakibatkan tumbuhnya bid’ ah dan matinya As Sunnah. 5. Berbicara dalam hukum-hukum syariat sekedar dengan anggapan baik (dari dirinya) dan prasangka . (Lihat I’lam Muwaqqi’in, 1/104-106, Al- Intishar, hal. 21 , 24 , Al-’Aql wa Manzilatuhu) Jadi, manakala kita mengambil sebuah kesimpulan dengan akal kita, kemudian ternyata hasilnya adalah salah satu dari lima yang tersebut di atas maka yakinlah bahwa itu pendapat yang tercela dan salah. Ia harus ditinggalkan dan menundukkan akal di hadapan kepada syariat. Akal yang sehat tidak akan menyelisihi syariat Disebutkan dalam kaidah ahlul kalam ringkasnya bahwa tatkala bertentangan antara akal dan wahyu maka mesti dikedepankan akal . ( Asasuttaqdis, hal. 172-173) Dengan prinsip ini, mereka menolak sekian banyak nash yang shahih dulu maupun sekarang. Tentu kita tahu bahwa pendapat mereka adalah salah dan sangat berbahaya. Untuk mengetahui bathilnya pendapat mereka dengan singkat dan mudah cukup dengan kita merujuk kepada lima hal yang disebutkan Ibnul Qayyim di atas. Lebih rinci para ulama seperti Ibnu Taimiyyah menjelaskan: Sesuatu yang diketahui dengan jelas oleh akal, sulit dibayangkan akan bartentangan dengan syariat sama sekali. Bahkan dalil naqli yang shahih tidak akan bertentangan dengan akal yang lurus, sama sekali. Saya telah memperhatikan hal itu pada kebanyakan hal yang diperselisihkan oleh manusia. Saya dapati, sesuatu yang menyelisihi nash yang shahih dan jelas adalah syubhat yang rusak dan diketahui kebatilannya dengan akal. Bahkan diketahui dengan akal kebenaran kebalikan dari hal tersebut yang sesuai dengan syariat. Kita tahu bahwa para Rasul tidak memberikan kabar dengan sesuatu yang mustahil menurut akal tapi (terkadang) mengabarkan sesuatu yang membuat akal terkesima. Para Rasul itu tidak mengabarkan sesuatu yang diketahui oleh akal sebagai sesuatu yang tidak benar namun (terkadang) akal tidak mampu untuk menjangkaunya. Karena itu wajib bagi orang-orang Mu’tazilah yang menjadikan akal mereka sebagai hakim terhadap nash-nash wahyu, demikian pula bagi mereka yang berjalan di atas jalan mereka serta meniti jejak mereka agar mengetahui bahwa tidak terdapat satu haditspun di muka bumi yang bertentangan dengan akal kecuali hadits itu lemah atau palsu. Wajib bagi mereka untuk menyelisishi kaidah kelompok Mu’tazilah, kapan terjadi pertentangan antara akal dan syariat menurut mereka maka wajib untuk mengedepankan syariat. Karena akal telah membenarkan syariat dalam segala apa yang ia kabarkan sedang syariat tidak membenarkan segala apa yang dikabarkan oleh akal. Demikian pula kebenaran syariat tidak tergantung dengan semua yang dikabarkan oleh akal.” (Dar’u Ta’ arrudhil ‘Aql wan Naql, 1/155, 138) Ketika dalil bertentangan dengan akal Sesungguhnya pertentangan akal dengan syariat takkan terjadi manakala dalilnya shahih dan akalnya sehat. Namun terkadang muncul ketidakcocokan akal dengan dalil walaupun dalilnya shahih. Kalau terjadi hal demikian maka jangan salahkan dalil, namun curigailah akal. Di mana bisa jadi akal tidak memahami maksud dari dalil tersebut atau akal itu tidak mampu memahami masalah yang sedang dibahas dengan benar. Sedangkan dalil, maka pasti benarnya. Hal ini berangkat dari ajaran Al Qur’an dan As Sunnah yang mengharuskan kita untuk selalu kembali kepada dalil. Demikian pula anjuran para shahabat yang berpengalaman dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam dan mengalami kejadian turunnya wahyu. Seperti dikatakan oleh ‘ Umar bin Al-Khaththab: “ Wahai manusia, curigailah akal kalian terhadap agama ini .” ( Riwayat Ath-Thabrani, lihat Marwiyyat Ghazwah Al-Hudaibiyyah, hal. 177 , 301) Beliau mengatakan demikian karena pernah membantah keputusan Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalamdengan pendapatnya, walaupun pada akhirnya tunduk. Beliau pada akhirnya melihat ternyata maslahat dari keputusan Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam begitu besar dan tidak terjangkau oleh pikirannya. Oleh karenanya, Ibnul Qayyim mengatakan: “ Jika dalil naqli bertentangan dengan akal, maka yang diambil adalah dalil naqli yang shahih dan akal itu dibuang dan ditaruh di bawah kaki, tempatkan di mana Allah meletakkannya dan menempatkan para pemiliknya .” (Mukhtashar As-Shawa’iq, hal. 82-83 dinukil dari Mauqif Al-Madrasah Al-‘ Aqliyyah, 1 /61-63) Abul Muzhaffar As-Sam’ani ketika menerangkan Aqidah Ahlus Sunnah berkata: “ Adapun para pengikut kebenaran mereka menjadikan Kitab dan Sunnah sebagai panutan mereka dan mencari agama dari keduanya. Apa yang terbetik dalam akal dan benak, mereka hadapkan kepada Kitab dan Sunnah. Kalau mereka dapati sesuai dengan keduanya, mereka terima dan bersyukur kepada Allah di mana Allah perlihatkan hal itu dan memberi mereka taufik-Nya. Tapi jika tidak sesuai dengan keduanya, maka mereka meninggalkannya dan mengambil Al Kitab dan As Sunnah kemudian menuduh salah terhadap akal mereka. Karena sesungguhnya keduanya (Al Kitab dan As Sunnah) tidak akan menunjukkan kecuali kepada yang hak sedang pendapat manusia kadang benar kadang salah .” (Al-Intishar li Ahlil Hadits hal. 99) Bila akal didahulukan Jika akal didahulukan maka akan tergelincir pada sekian banyak bahaya: 1. Menyerupai Iblis semoga Allah melaknatinya ketika diperintahkan untuk sujud kepada Nabi Adam alaihi salam, kemudian ia membangkang dan menentang dengan akalnya. قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلاَّ تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍْ “ Allah berfirman: ‘Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?’ Iblis menjawab: ‘Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah’ .” (Al-A’raf: 12) 2. Menyerupai orang kafir yang menolak keputusan Allah dengan akal mereka, seperti penentangan mereka terhadap kenabian Nabi Muhammad . Mereka katakan: وَقَالُوْا لَوْلاَ نُزِّلَ هَذَا الْقُرْآنُ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيْمٍ “ Dan mereka berkata: ‘Mengapa Al Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Makkah dan Thaif) ini?’ .” (Az- Zukhruf: 31) 3. Tidak mengambil faidah dari Rasul sedikitpun karena mereka tidak merujuk kepadanya pada perkara-perkara ketuhanan. Sehingga adanya Rasul menurut mereka seperti tidak ada. Keadaan mereka bahkan lebih jelek karena mereka tidak mengambil manfaat sedikitpun justru butuh untuk menolaknya. 4. Mengikuti hawa nafsu dan keinginan jiwa. Allah berfirman: فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُوْنَ أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنَ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ “ Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) , ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim .” (Al-Qashash: 50) 5. Menyebabkan kerusakan di muka bumi, sebagaimana perkataan Ibnul Qayyim. 6. Berkata dengan mengatasnamakan Allah dan Rasul-Nya tanpa ilmu. فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُوْنَ أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنَ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِيْنَ “ Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab ( wahyu) yang bercahaya .” (Al-Hajj: Ini termasuk larangan terbesar. قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوْا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُوْلُوْا عَلَى اللَّهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ “ Katakanlah: ‘Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, ( mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui’ .” ( Al-A’raf: 33) 7. Menyebabkan perbedaan dan perpecahan pendapat. 8. Terjatuh dalam keraguan dan bimbang. [Al- Mauqih, 1 /81-92 ] Pantaslah kalau Al-Imam Adz-Dzahabi mengatakan tentang orang-orang yang tetap mengedepankan akalnya: “ Jika kamu melihat ahlul kalam ahli bid’ ah mengatakan: ‘ Tinggalkan kami dari Al Qur’an dan hadits ahad dan tampilkan akal, ’ maka ketahuilah bahwa ia adalah Abu Jahal. ” (Siyar A’ lamin Nubala, 4 /472) Dikutip dari http://www.asysyariah.com Penulis: Al Ustadz Qomar Suaidi Lc, Judul: Kedudukan Akal Dalam

Daftar Blog Saya

Banyak hal di Dunia yang takkan sanggup kita fikirkan sendiri, banyak tawa yang tak seru jika dinikmati seorang diri, banyak air mata yang terlalu pedih untuk dialirkan sendiri, untuk itulah kita membutuhkan saudara/teman, membagi setiap kebaikan, mengoreksi tiap kesalahan, Ya Rabb....... Jika sekarang saudara/riku/teman2ku yang sedang tersenyum? Semoga menjadi ibadah, jika bersedih? Semoga kesedihan nya bisa menghidupkan hati dan jiwa. Jika sedang lelah? Semoga kelelahan nya menjadi penggugur dosa dosa. Aamiin ya Allah.
gif

KLIK SITE BUKERAN