cmburu asal tidk berlebihan, me rupakan salah satu sifat terpuji yg harus dimiliki pasangan suami istri. Sayangnya, kerusakan moral atas nama modernitas telah mengikis rasa cemburu itu. Walhasil, pintu perselingkuhan pun terbuka lebar hingga berujung pada runtuhnya bangunan rumah tangga.
Banyk kita jumpai fenomna di mana seorang suami tidk lgi merasa berat hati bila mlihat istrinya kluar rumah berdandan lengkap dngn beraneka polesan make-up di wajah.
Sang istri datng ke pesta, ke pusat perbelanjaan, ataupun ke tempat kerja hnya dengan pakaian sekedar nya yng memperlihatkan auratnya. Tak cuma itu, keluarnya istri dari rumah pun seringkali hnya ditemni sopir pribadinya. Hati suami seakan tak tergerak. Darahnya pun seolah tidak mendidih melihat semua itu. Justru trselip rs bangga bila istrinya dapat tampil cantik di hdapn bnyak orang. Parahnya lagi, dia tetap mrs tnang ketika ada lelaki lain yg men dekati istrinya dan berbicara dngn nada akrab. Bahkan sekali lagi dia mrasa bangga bila lelaki lain itu me ngagumi kecantikan istrinya. Yang ironis, sang suami dengan semua itu, kemudian memandang dirinya sebagai seorang yang berpikiran maju, moderat, penuh pengertian, dan mengikuti prkembangn jaman.
Innalillahi wa inna ilaihi raji 'un.Kebobrokan akhlak yng sngt parah pun menimpa, tatkala ghirah itu hilang…
tatkala bara cemburu itu padam.
Seorang suami tidak lagi memiliki ghirah terhadap istrinya, tidak ada rasa cemburu yang membuat dia mnjaga istri dgn baik. Mnyimpnnya dalam istana yang mulia agar tidak terjamah tatapn mata dn sentuhan tangan yang tidak halal… Tidak ada lagi rasa cemburu di hatinya yang dapat mendorong untuk menjaga istrinya agar tidk melakukan hal hal yang dilarang Allah dan Rasul Nya, agar tidak melakukan planggaran akhlk dan moral. Bahkan, dia sndiri terjerembab, jatuh dalam jurang kenistaan.
Ghirah yg Hilang Bila kita bndingkn knyataan yang kita dapati pada hri ini dan kisah masa lalu, maka yang terucap hanyalah kata rindu, rindu kpd masa lalu. Betapa orang orang dhulu bgitu mnjaga wanita mereka. Tidak mereka biarkan wanita mreka terlihat oleh mata-mata yang tidak halal, apalagi terkena sentuhan.
Merupakan suatu aib bagi mereka bila wanita keluar rumah tanpa me makai kain pnutup sluruh tubhnya. Suatu cela bagi mereka bila ada llki lain brbicara dengan wanita mreka. Mereka lazimkan wanita untuk me ngenakan perhiasan rasa malu dan iffah (menjaga kehormatan dan harga diri) .
Perbuatan seperti itu bukan skedar tradisi dn budaya suatu msyarakat atu bangsa trtentu. Nmun dmikian lah yang diinginkan dalam syariat agama yang mulia ini.
Dengan ghirah ini kemuliaan mreka pun ttap terjaga dan akhlak mreka terpelihara. Namun ketika ghirah ditanggalkan dan wanita dibiarkan keluar dari rumahnya tanpa rasa malu, terjadilah apa yang terjadi. Fitnah dan kerusakan moral yang tak terkira. Nabi Shallallaahu alaihi wasallam jauh sebelumnya telah memperingatkan:
Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau. Dan Allah menjadikan kalian sebagai pengatur di dalamnya dgn turun tmurun, llu Dia melihat bagai mna kalian brbuat. Maka hati hatilh kalian dari dunia dan hati- hatilah kalian dari wanita krna awal fitnah yng menimpa Bani Israil adlh pada wanitanya. (Shahih, HR. Muslim no. 2742)
Jman mmang telh brubh. Mayorits manusia semakin jauh dari akhlak yang lurus. Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda:
Tidak datang kepada kalian suatu jamn kecuali jaman stelahnya lebih jelek drinya (yakni dari jaman sebe lumnya) hingga kalian brtemu dgn Tuhan klian. (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 7068) Ghirah Seorang Suami Me nurut Tuntunn Islam Di dlm agama yang mulia ini,
sorang suami dituntut untk mmiliki ghirah atau rasa cemburu kepada istrinya, shingga ia tdk menghadap kan istrinya kepada perkara yang mengikis rasa malu dan mengeluar kannya dari kemuliaan. Sa'ad bin Ubadah z pernah berkata dalam me ngungkapkan kecemburuan terha dap istrinya: Seandainya aku mlihat seorang laki laki bersama istriku niscaya aku akan memukul laki-laki itu dengn pdang ( yang dimaksud bagian yang tajam, red) Mendengr penuturan Sa'ad yang sedemikian itu, tidaklah membuat Nabi Shallal laahu alaihi wasallam mencelanya, bahkan beliau bersabda:
Apakah kalian merasa heran dngan cemburunya Sa`ad? Sungguh aku lebih cemburu daripada Sa`ad dan Allah lebih cemburu daripadaku. ( Shahih, HR. Al-Bukhari, dalam kitab An Nikah, bab “Al- Ghairah” dan Muslim no. 1499)\ Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalani berkata: Dalam hadits Ibnu Abbas yg diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad, Abu Dawud dan Al-Hakim disebutkan bahwa tatkala turun ayat:
Dan orang-orang yang menuduh wanita baik-baik berzina kemudian mereka tidak dapat menghadirkan empat saksi maka hendaklah kalian mencambuk mereka sebanyak 80 cambukan dan jangan kalian terima persaksian mereka selama-lamanya .(An-Nur: 4) Berkatalah Sa‘ad bin Ubadah:
Apakah demikian ayat yang turun? Seandainya aku dapatkan seorang laki laki brada di pha istriku, apakh aku tidk boleh mengusiknya smpai aku mendatangkan empat saksi?
Demi Allh, aku tidak akn mendatang kan empat saksi sementara laki laki itu telah puas menunaikan hajatnya.Mndengar ucapan Sa'ad, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam brsabda:
Wahai sekalian orang orng Anshar, tidakkah kalian mendengar apa yg diucapkan oleh pemimpin kalian?. Orng orng Anshar pun menjawab:
Wahai Rasulullah, jnganlah engkau mencelanya krna dia seorang yang sangat pencemburu. Demi Allh, dia tidak ingin menikah dngn seorang wanita pun kecuali bila wanita itu masih gadis dan bila dia mnceraikn seorang istrinya, tidak ada sorang laki laki pun yg berani untk mnikahi bekas istrinya tersebut krn cembu runya yang sangat.
Sa‘ad berkata: Dmi Allh, sungguh aku tahu wahai Rasulullah bahwa ayat ini benar dan datang dari sisi Allah, akan tetapi aku cuma heran. (Fathul Bari, 9/385) Asma bintu Abi Bakar AshShiddiq brtutur tntng dirinya dn kecemburuan suaminya:
Az-Zubair menikahiku dlm keadaan ia tidk mmiliki harta dn tidk mmiliki budak. Ia tidak memiliki apa apa ke cuali hanya seekor unta dan sekor kuda. Akulah yang memberi makan dan minum kudanya. Aku yang me nimbakn air untknya dan mngadon tepung untuk membuat kue. Krena aku tidk pndai membuat kue maka tetangga tetanggaku dari kalangan Anshar-lah yang membuatkannya, mereka adlah wanita-wanita yang jujur. Aku yg memikul biji-bijian di atas kpalaku dr tanh mlik AzZubair yang diserahkan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam sebagai bagiannya, dan jarak tempat ting galku dengan tanah tersebut 2 /3 farsakh1.
Suatu hari aku datang dari tanah Az-Zubair dngan memikul biji-bijian di atas kepalaku, maka aku brtemu dengn Rasulullah beserta sekelom pok orang dari kalangan Anshar. Bliau memanggilku, kemudian men derumkn untanya utk mmbonceng kan aku di belakangnya2. Namun aku malu untuk berjaln brsma para lelaki dan aku teringat dengan Az-Zubair dan kecemburuannya,
sementara dia adalah orang yang sangat pencemburu. Rasulullah me ngetahui bahwa aku malu maka beliau pun berlalu. Aku kembali brjalan hingga menemui Az-Zubair. Lalu kuceritakan padanya:
Tadi aku berjumpa dngn Rasulullah dlam keadaan aku sedang memikul biji-bijian di atas kpalaku, ketika itu beliau disertai oleh beberapa orang shahabatnya. Beliau menderumkan untanya agar aku dpt menaikinya, namun aku malu dan aku tahu ke cembruanmu. Shahih, HR. AlBukhari no. 5224 dn Muslim no. 2182) Bukn lah makna ghirah atau cemburu itu dengan selalu berprasangka buruk kepda istri sehingga selalu mengin tainya siang dn malm guna mencari cari kesalahannya.
Allah Subhaanahu wa Ta'ala berfir man: Jauhilah oleh kalian kbanyakn dari prasangka karena sebagian prasangka itu dosa. (Al-Hujurat: 12)
Rasulullah Shallallaahu alaihi wsallm juga bersabda: Hati hati kalian dari prasangka 3 karena prasangka itu adalah pembicaraan yang paling dusta. (Shahih, HR. Al- Bukhari no. 6064 dn Muslim no. 2563) Ghirah Menyaring Kejelekan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah t berkata, bara dan pnasnya ghirah ini akan mnyaring kejelekan dan sifat tercela,
sebagaimana emas dan perak diber sihkan dari kotoran yg mencampu rinya. Orang orang mulia dan tinggi harga dirinya pasti memiliki ghirah yang besar terhadap dirinya dan orang-orang yng dekat dengannya juga trhadap org lain scara umum. Krna itulh Nabi Shallallaahu alaihi wasallam adalah orang yang paling memiliki ghirah terhadap umatnya. Dn ghirah Allh Subhanhu wa Ta'ala lebih dibanding beliau Shallallaahu alaihi wasallam. (Ad-Daau wad Dawa, hal. 106) Rasulullah Shallalla hu'alaihi wasallam bersabda: Tidak ada satupun yang lebih ghirah dari pada Allah. Karena ghirahNya inilah Dia mengharamkan perbuatan keji baik yng tampk maupun yg tersem bunyi. ( Shahih, HR. Al-Bukhari no. 5220 dan Muslim no. 2760) Ibnul Qayyim juga mengatakan:
Pkok dari agama ini adalah ghirah, maka siapa yg tidak memiliki ghirah berrti ia tidk mmiliki agama. Ghirah ini akn mlindungi hati sehingga ter lindung pula anggota bdan lainnya, tertolaklah dngannya sgala perbu atan jelek dan keji. Sementara tidak adanya ghirah mnyebabkan mtinya hati hingga anggota badan lainnya pun ikut mati, akibatnya tidak ada penolakan trhadap perbuatan jelek dan keji. (Ad-Daau wad Dawa, hal. 109-110)
Awal Runtuhnya Ghirah Hilangnya ghirah dari lubuk hati sorang insan disebabkn oleh bnyak hal, di antara sebab terbesr yg bisa kita saksikan adalah:
1. Kebanyakan mereka berpaling dari mempelajari agama yng agung ini, yg dengannya Allah mmuliakan kita setelah sebelumnya kita hina. Namun ketika nikmat yang agung ini disia siakn dan manusia enggan mengikuti petunjuk Rasul yang me nyampaikan agama ini, mreka kem bali terpuruk hina dina di hadapan umat lainnya. Sehingga mereka merasa minder bila tidak mengikuti orang-orang kafir. Sejengkal demi sjengkal, sehasta demi sehasta, me reka trus mngikuti jjak orang orang kafir trsebut. Dalam keadaan mreka menyangka bahwa itu adalah pera daban dan kemajuan, padahal sebe narnya hal itu adalah kehinaan dn kehancuran. Kenyataan yg dmikian ini telah disampaikan oleh Rsulullah Shallallaahu alaihi wsallm jauh sebe lumnya, beliau bersabda:
Sungguh sungguh kalian akan me ngikuti sunnah (cara hidupnya) org org sebelum kalian, sejengkal demi sjengkal, shasta dmi shasta, hingga seandainya mereka masuk ke dlam lubang dhabb (sjenis biawak), klian pun akan memasukinya. Para saha bat bertanya:
Wahai Rasulullah, apakah mereka itu orng orng Yahudi dan Nasrani? Beliau menjawab:
Siapa lagi (kalau bukan mereka)? (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 3456 dan Muslim no. 2669)
2. Trmasuk perkara yg mnyebabkn hilangnya ghirah dalm dada kaum muslimin adalah banyaknya fitnah dan perubahan yng mereka terima lalu ditelan mentah-mentah oleh hati-hati mereka sehingga menjadi bgian darinya. Akibatnya terbaliklah fitrah mereka. Dalam pandangan mreka, yng mungkar adalah ma'ruf dan yang ma'ruf adalah mungkar.
Bila ada yang membawakan kebe naran kepada mereka sementara kebenaran itu menyelisihi kbiasaan mereka, maka mereka mnganggap hal itu jumud, trbelkang, dn meng hmbat kmajuan. Mmbebaskn wnita kluar dari rumahnya dngn segenap keindahnnya adlh trmsuk kemajuan dalam pikiran kotor mereka.
3. Hal lain yang membuat seorang suami mnanggalkn ghirahnya adlah prsangkaannya yang keliru. Dia me nyangka bahwa rasa malu dan me nutup tubuh ( berhijab) bagi wnita adlh bagian dari masa lalu shingga telah ketinggalan jaman bila tetap dikenakan di masa modern ini. Ia tidk ingin mengekang istrinya dngn kbiasaan yg sudah usang dimakan jaman, bhkan ia ingin mnunjukkan kpda istrinya dan kepda orang lain bhw ia seorang laki laki yg moderat dan selalu mengikuti kemajuan.
4. Tenggelam dalam lumpur dosa termasuk salah satu sbb padamnya api ghirah di dalam hati dan hal ini merupakan hukuman atas dosa yg diprbuat. (Ibnu Qayyim AlJauziyyah, Ad-Daau wad Dawa, hal. 106) Dari penjelasan yang kita dapatkan di atas, pahamlah kita bahwa ghirah dalam batasan yang diperkenankan syariat merupakan sifat yg terpuji. Dengan ghirah ini seorang laki-laki dpt mnjaga istrinya dn mahramnya yang lain dari perbuatan yang me langgar syariat Allah Subhaanahu wa Ta'ala. Sebaliknya tidak adanya ghirah mnyebabkn seorang suami membiarkan istrinya jatuh ke dalam lumpur noda dan dosa. Akibatnya kejelekan dan fitnah pun tersebar…
Betapa butuhnya kita untuk kmbali kepada aturn syariat yang mulia ini. Btapa prlunya kita kmbali mnengok ke masa lalu yang sangat menjaga ghirah, masa lalu yng sarat dengan penerapan ajaran agama yg mulia ini. Dn sungguh ini adlh snandung kerinduan kpd masa lalu. Wallahu ta‘ala a‘lam bish-shawab.
Terbentuknya Jagat Raya Menurut Pandangan Al-Quran
-
*BAB I*
*PENDAHULUAN*
*1. * *Latar Belakang*
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME dan sebagai wakil Tuhan di bumi
yang menerima amanat-Nya untuk ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar