❤`♥ ♥ •.¸¸❤`•.¸.¸¸.•* ♥ ♥..♥`•.¸.•´.(¯`v´¯)(¯`v´¯).`•. ¸.•´ ♥•*¨*•.¸¸¸¸. •*¨*•♥♥♥♥•*¨*•.¸¸¸ ¸.•*¨*•♥
Dikisahkan ada seorang pemuda,
ahli ibadah datang ke seorang Guru Sufi terkenal di Baghdad. Di depan sang Guru sufi, pemuda tersebut dengan bangganya mengatakan kalau dirinya sudah melakukan amal ibadah wajib, sunnah, membaca Al-Qur’an, berkorban untuk orang lain dan kelak harapan satu satunya adalah masuk Surga dengan tumpukan amalnya. Bahkan sang pemuda tadi malah punya catatan amal baiknya selama ini dalam buku hariannya, dari hari ke hari. “Saya kira sudah cukup bagus apa yang saya lakukan Tuan Guru…” “Apa yang sudah kamu lakukan anak muda?” “Amal ibadah bekal bagi Surga saya nanti…” “Kapan anda menciptakan amal ibadah, kok anda merasa punya?” Pemuda itu diam…lalu berkata, “Bukankah semua itu hasil jerih payah saya sesuai dengan perintah dan larangan Allah?” “Siapa yang menggerakkan jerih payah dan usahamu itu?” “Saya sendiri…hmmm….” “Jadi kamu mau masuk Surga sendiri dengan amal-amalmu itu?” “Jelas dong tuan…” “Saya nggak jamin kamu bisa masuk ke Surga. Kalau toh masuk kamu malah akan tersesat disana…” Pemuda itu terkejut bukan main atas ungkapan Sang Guru Sufi. Pemuda itu antara marah dan diam, ingin sekali menampar muka sang Guru sufi. “Mana mungkin di Surga ada yang tersesat. Jangan-jangan tuan ini ikut aliran sesat…” kata pemuda itu menuding Sang Guru Sufi. “Kamu benar. Tapi sesat bagi syetan, petunjuk bagi saya….” “Toloong diperjelas…”“Begini saja, seluruh amalmu itu seandainya ditolak oleh Allah bagaimana?” “Lho kenapa?” “Siapa tahu anda tidak ikhlas dalam menjalankan amal anda?” “Saya ikhlas kok, sungguh ikhlas. Bahkan setiap keikhlasan saya masih saya ingat semua…” “Nah, mana mungkin ada orang yang ikhlas, kalau masih mengingat-ingat amal baiknya? Mana mungkin anda ikhlas kalau anda masih mengandalkan amal ibadah anda? Mana mungkin anda ikhlas kalau anda sudah merasa puas dengan amal anda sekarang ini?” Pemuda itu duduk lunglai seperti mengalami anti klimaks, pikirannya melayang membayang bagaimana soal tersesat di Surga, soal amal yang tidak diterima, soal ikhlas dan tidak ikhlas. Dalam kondisi setengah frustrasi, Sang Guru sufi menepuk pundaknya. “Hai anak muda. Jangan kecewa, jangan putus asa. Kamu perbanyak baca istighfar saja. Kalau kamu berambisi masuk Surga itu baik pula. Tapi, kalau kamu tidak bertemu dengan Sang Tuan Pemilik dan Pencipta Surga bagaimana? Kan sama dengan orang masuk rumah orang, lalu anda tidak berjumpa dengan tuan rumah, apakah anda seperti orang linglung atau orang yang bahagia?” “ Saya harus bagaimana tuan Guru…”“ Mulailah menuju Sang Pencipta Surga, maka seluruh nikmatnya akan diberikan kepadamu. Amalmu bukan tiket ke Surga. Tapi ikhlasmu dalam beramal merupakan wadah bagi ridha dan rahmat-Nya, yang menarik dirimu masuk ke dalamnya…” Pemuda itu semakin bingung antara tahu dan tidak. “Begini saja, anak muda. Mana mungkin Surga tanpa Allah, mana mungkin neraka bersama Allah?” Pemuda itu tetap saja bingung sebingung-bingungnya tidak memahami apa yang dimaksud Guru Sufi tersebut Sahabatku rahimakumullah Dari kisah sufi tersebut tentunya banyak pelajaran yang bisa kita petik antara lain bahwa tiket ke surga adalah amal ibadah yang baik daan sebanyak-banyaknya yang kita lakukan dengan penuh keikhlasan dan karena Allah semata. Juga tentunya tiket surga yang penting adalah rahmat dan karunia Allah swt. Karena DIA yang memiliki Surga berserta isinya. Menurut Imam An Nawawi, masuknya seseorang ke dalam surga adalah karena amal ibadahnya, kemudian mendapat taufik untuk melakukan amal ibadah itu dan mendapat hidayah untuk ikhlas dalam ibadah sehingga diterima di sisi Allah, adalah berkat rahmat Allah dan karunia- Nya. (Kitab Syarah Shahih Muslim, juz XVII, halaman 160-161 ) Wallahualam bissawab Terima kasih, Semoga Bermanfaat "Utamakan SEHAT untuk duniamu, Utamakan AKHLAK DAN SHALAT untuk akhiratmu" ***Kisah Sufi
❤`♥ ♥ •.¸¸❤`•.¸.¸¸.•* ♥
Tidak ada komentar:
Posting Komentar