http://picasion.com/gl/2jwY/


widgets
http://picasion.com/gl/1Nts/

Aku tadak tau ini haqus di ksh judul apa? Poligame aja deh.

Pernahkah kita membayangkan akan dtangnya suatu masa dimana Islam mulai trpinggirkan, Al-Qur'an dan As-Sunnah mulai ditinggalkan?

Ketika kita membuka mata dan melihat ke sekeliling kita, mungkin kita akan menyadari bahwa masa itu telah terbentang di hadapan kita. Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda: Sesung guhnya Islam dimulai dgan ketera singan dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka berun tunglah orang-orang yang asing (Al-Ghuraba) ( Diriwayatkan olh Muslim 2 / 175-176 An-Nawawi) Marilah kita tengok sejenak dan perhatikan berapa banyak orang yg menjadikan syari’at ini sbagai bahan perdebatan ataupun bahan olok-olokan?

Contoh yg sderhana, masih ada saja di antara umat Islam yang me ngolok-olok orang yang melakukan ta'adud ( poligami). Padahal Allah  Subhanahu wa Ta’ala dengan jelas telah memperbolehkan masalah ini, sebagaimana firman Allah:

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim ( bilamana kmu mngawininya), maka kawinilh wanita-wanita (lain) yang kamu senangi ; dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidk akan dpat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak- budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (QS. An-Nisa: 3)

Contoh yg lain, di berbagai tempat seperti di kampus, masih banyak orng yng menertawakan muslimah yg mengenakan cadar atau brjilbab besar dngan mengatainya sebagai ninja atau kelelawar. Terkadang seorang muslim yng komit dengan agamanya pun tk luput dari bahan tertawaan, mereka yang celananya di atas mata kaki seringkali diolok- olok, Kebanjiran. Lihatlah wahai Saudariku, betapa ringannya orng menentang atau mengolok-olok syari’ at yang lurus ini. Betapa mudahnya mereka menertawakan sunnah tanpa beban. Semua itu tidak terjadi melainkan disebabkan kebodohan akan agamanya sendiri, atau karena keengganan untuk melakukan syari’at ini. Banyak di antara umat Islam di negeri ini yang masih belum mengetahui bahwa mengolok-olok syari’at ini yaitu sunnah merupakan salah satu pembatal keislaman. Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab Al- Washaby rahimahullahu Ta’ala menyebutkan dalam kitabnya  Al-Qaul Al-Mufid fii Adillati At- Tauhid , bahwa mengolok-olok sesuatu yng merupakan bagian dari agama Rsulullah  shallallahu alaihi wasallm,

mengolok-olok pahala dari penga malan agama atau siksa karena meninggalkan kewajiban agama, merupakn salah satu dari pembatal keislaman.

Orang-orang munafiq itu takut akan diturunkan terhadap mereka suatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka,

Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan Rasul-Nya)’ Ssungguhnya Allah akn mnyatakan apa yng kamu takuti. Dn jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yng mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab,

ssungguhnya kami hanya brsnda gurau dan bermain-main saja. Katakanlah, ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat- Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ “ (At-Taubah : 64-65) Dalam menghadapi fenomena tersebut, wajib bagi seorang muslim untuk meluruskan penyimpangan-pnyimpangan yang terjadi trhadap sunnah. Sebagaimana sabda Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam :

Sesungguhnya jika manusia melihat kedzaliman lalu tidak mau mencegahnya, maka segera saja Allah akan menurunkan adzab bagi mereka semua.

(HR. Abu Dawud [ no, 4338 ], at-Tirmidzi [no.2168 dn 3057], Ahmad [no. 1 , 16 , 29 , 53 ] dan lain-lain) Adpun mluruskan penyimpangan dapat dilakukan dngan beberapa cara, yaitu melalui lisan, baik mrupakn nasiht maupun kritikan, maupun dengn perbuatan yaitu mencegah dengan kekuatan fisik. Syaikh Abdul Malik Ar Ramadhani  rahimahullahu Ta'la dalam kitabnya  Sittu Duror berkata:

Manusia memiliki kemampuan dan peran yg berbeda-beda, sedangkan mngkritik kbatilan itu wajib apapun tingkatan orang itu. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah  rahimahullahu Ta’ala berkata: Memerintahkan kepada sunnah dan melarang dari bid’ah adalh merupakan bentuk amar maruf dan nahi munkar. Dan itu adalah seutama-utama amal shalih. ( Minhajus Sunnah , 5 /523) Dengan demikian, meluruskan penyimpangan terhadap syari’at adalah merupakan pembelaan terhadap sunnah dan merupakan amar ma’ruf nahi munkar yang sangat mulia. Sangat berat terasa untuk tetap berjalan di atas kebenaran, sebagaimana beratnya langkah yang harus dilalui ketika kita mnyerukan sebuah kebenaran. Mungkin kita pernah mendengar sebagian umat Islam mengatakan bhw kita wajib menjaga persatuan umat,

sehingga kita harus bertoleransi terhadap kesalahan yng dilakukan oleh saudara kita. Mereka berkata bahwa mengungkapkan kebenaran dan meluruskan kesalahan yang dilakukan oleh saudara kita hanya akan merusak persatuan dan menyebabkan perpecahan. Maka pada masa sekarang ini, banyak firqah atau kelompok dari kaum muslimin yang berdakwah dengan cara merangkul semua golongan yang ada tanpa memperdulikan tntang perbedaan manhaj (metode dlm beragama) bahkan perbedaan aqidah. Padahal persatuan yang benar adalah persatuan di atas aqidah yang bersih dan manhaj beragama yang lurus, yaitu manhaj Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam dn para shahabt. Persatuan di atas berbagai manhaj beragama dan aqidah bagaikan segelas air susu, yang partikelnya terlihat bersatu, namun ketika dibiarkan dia akan mengendap di dasar gelas. Sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya:

Kamu kira mreka itu brsatu, sedang hati mereka berpecah-pelah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang tidak mengerti.

(QS. Al-Hasyr: 14) Sesungguhnya prsatuan tidk akn prnah terwujud dngn bergolong-golongan. Dngan bersikap permisif dan lemah lembut atau mendiamkn org atau klompok yang melakukan penyimpangan terhadap sunnah dan melakukan bid’ah, bukn berarti menyelamat kan kaum muslimin dari prpecahn. Hal tersebut justru akn mndorong umat Islam ke jurang kehancuran, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Abdul Malik Ar-Ramadhani  rahimahullahu Ta'ala dlm kitabnya  Sittu Duror , dengan membantah orang yang melakukan penyimpa ngan maka bahaya dari dua sisi dapat ditangkis: Bahaya dari luar, yaitu bahaya yang berasal dari orang-orang kafir yang selalu berusaha menghancur kan Islam dengan cara menyerang sendi-sendi aqidah, akhlaq serta hukum pemerintahan kaum muslimin. Bahaya dari dalam, yaitu bahaya yg berasal dari diri kaum muslimin sendiri yang berwujud dengan banyaknya firqah dan kelompok yang tokoh-tokohnya dengan bebas menyusupkan pemahaman mereka ke dalam hati generasi muda. Begitu berhati-hatinya salaf dalam menyikapi orang-orang atau kelompok yang menyimpang dari manhaj Rasulullah  shallallahu alaihi wa sallam dan Shahabat, sehingga sikap mereka terhadap ahlul bid’ah lebih keras daripada sikap mereka terhadap orng-orng kafir. Hal ini dikarenakan bahaya yg ditimbulkan oleh penyimpangan kelompok dalam Islam jauh lebih besar daripada kejahatan orang-orang kafir. Bukan berarti dengan bersikap keras terhadap ahlul bid’ah berarti kita bersikap loyal terhadap orang-orang kafir.

Sesungguhnya benarlah perkataan Syaikh Abdul Malik Ar-Ramadhani bhw penyimpangan kaum muslimin trhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah jendela bagi masuknya orang kafir, sebb orang kafir selalu mncari celah untuk mnghancurkan Islam, dn celah itu adalah jauhnya kaum muslimin dari manhaj Rasulullah  shallallhu alaihi wasallm. Maka suatu keutamaan untuk melu ruskan saudara kita yg terjerumus dalam bid’ah meskipun harus menunjukkan identitasnya, namun menyebutkan identitas hanya dilakukan jika kondisi menuntut untuk itu. Hal ini dilakukan untuk menyelamatkan dirinya sekaligus menyelamatkan umat dari penyimpangan yang dilakukannya. Maka janganlah kita merasa sesak hati ketika diingatkn dari kesalahan yang kita lakukan. Dan janganlah merasa berat hati serta ragu untuk mengingatkan saudara kita yang melakukan kesalahan.

Ssungguhnya, nasehat adlh bentuk kasih sayng terhadap ssama kaum muslimin, dn kritikan dapat menjadi sebab bagi kembalinya seseorang kepada Al- Qur’an dan Sunnah. Karena setiap kejelekan lahir dari kejelekan, sehingga diam terhadap penyimpangan bgaikan meletakkan bara api di bawah tumpukn jerami yg lambat laun akan membuatnya menjadi arang. Sebagaimana Syaikh Abdul Malik Ar- Ramadhani mngutip perkataan Syaikh Yahya bin Yahya, guru dari Imam Bukhari, bahwa membela dan mempertahankan As-Sunnah adalah lebih mulia dari jihad. Sungguh indah perkataan Ibnu Taimiyyah  rahimahullahu Ta’ ala dalam kitab beliau  Majmu Fatawa (28 /53- 54):

“Sorang mukmin dengan mukmin yang lain bagaikan dua tangan, masing-masing saling mencuci. Kadang-kadang ada suatu kotoran tidak bisa dibersihkan kecuali dngn gosokan yang keras (sedikit kekerasan atau paksaan), namun hasilnya tetap bersih dan indah.

Renungan yang berarti JSIKURMA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog Saya

Banyak hal di Dunia yang takkan sanggup kita fikirkan sendiri, banyak tawa yang tak seru jika dinikmati seorang diri, banyak air mata yang terlalu pedih untuk dialirkan sendiri, untuk itulah kita membutuhkan saudara/teman, membagi setiap kebaikan, mengoreksi tiap kesalahan, Ya Rabb....... Jika sekarang saudara/riku/teman2ku yang sedang tersenyum? Semoga menjadi ibadah, jika bersedih? Semoga kesedihan nya bisa menghidupkan hati dan jiwa. Jika sedang lelah? Semoga kelelahan nya menjadi penggugur dosa dosa. Aamiin ya Allah.
gif

KLIK SITE BUKERAN