S:) Snyum salm sapa sopn sntun.
S yang pertama adalah senyum Kita harus meneliti relung hati kita jiklau kita tersenyum dengan wajh jernih kita rasanya ikut terimbas bahagia. Kata-kata yang disampaikn dngan senyuman yang tulus, rasanya lbih enak didengar daripada dgn wajah bengis dn ketus. Senyumn menam bah manisnya wajah walaupun ber kulit sangat gelap dan tua kriput. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita termasuk orang yang senang trsnyum untk orang lain? Mengapa kita berat untk tersenyum, bahkan dengan orang yg trdekt sekalipun. Padahl Rasulullah yg mulia tidaklah berjumpa dngan orang lain kecuali dalam keadaan wajah yang jernih dan senyum yg tulus. Mengapa kita begitu enggan tersenyum? Kepada orang tua, guru, dan orang-orang yang berada di sekitar kita?
S yang kedua adalah salam. Ketika orang mengucapkan salam kepada kita dngan keikhlasan, rasanya sua sana menjadi cair, tiba-tiba kita me rasa brsaudara. Kita dengan trburu buru ingin mnjawbnya, di situ ada nuansa tersendiri. Pertanyaannya, mengapa kita begitu enggan untuk lebih dulu mengucapkan salam? Padahal tidak ada resiko apapun. Kita tahu di zaman Rasulullah ada seorang sahabat yg pergi ke pasar, khusus untuk menebarkan salam. Negara kita mayoritas umat Islam, tetapi mengapa kita untk menda hului mengucapkan salam begitu enggan? Adakah yang salah dalam diri kita?
S ketiga adalah sapa. Mari kita teliti diri kita kalau kita disapa dengan ramh oleh org lain rsanya suasana jadi akrab dan hangat. Tetapi kalau kita lihat di mesjid, meski duduk se orang jamaah di sebelah kita, toh nyaris kita jarng mnyapanya, pdhal sama-sama muslim, sma sma shalat, satu shaf, bahkan berdampingan. Mengapa kita enggan mnyapa? Me ngapa harus ketus dan keras? Tidk kah kita bisa menyapa getaran ke muliaan yang hadir bersamaan dgn sapaan kita?
S keempt sopan. Kita slalu trpana dengan orang yang sopan ketika duduk, ketika lewat di depan orang tua. Kita pun menghormtinya. Perta nyaannya, apakah kita termasuk orang yang sopan ketika duduk, berbicara, dan berinteraksi dengan orang-orang yang lebih tua? Sering kita tidk mengukur tingkat kesopa nan kita, bhkan kita sering mengor bankannya hanya krena pegal kaki, dengan bersolonjor misalnya. Lalu, kita relakan orang yang di depan kita teremehkan. Patut kiranya kita bertanya pada diri kita, apakah kita orang yng mmiliki etika kesopanan atau tidak.
S kelima, santun. Kita pun brdecak kagum melihat orang yang menda hulukan kepentingan orang lain di angkutan umum, di jalanan, atau sedang dalam antrean, demi kebai kan orng lain. Memang org mngalh memberikan haknya untuk kepenti ngan orang lain, untuk kebaikan. Ini adalah sebuah pesan tersendiri. Prtanyaannya adalah, sampai sjauh mana kesantunan yang kita miliki? Sejauh mana hak kita telah dinikmti oleh orang lain dan untuk itu kita turut brbahagia? Sejauh mana kela pangdadaan diri kita, sifat pemaaf ataupun kesungguhan kita untuk membals kbaikn orng yang kurang baik? Saudra saudraku, Islam sudh banyak disampaikan oleh aneka teori dan dalil. Begitu agung dan indah. Yang dibutuhkan sekarang adalah, mana pribadi-pribadi yang indh dn agung itu? Yuk, kita jadikn diri kita sebagai bukti keindahan Islam, wlau scara sderhana. Amboi, alangkah indahnya wajh yng jernih, ceria, senyum yang tulus dn ikhlas, membahagiakan siapapun. Betapa nyamnnya suasana saat salm hngat ditebar, saling mendoakan, mnyapa dengan ramah, lembut, dan penuh perhatian. Alangkah agungnya pri badi kita, jika penampilan kita slalu sopan dengan siapapun dan dlam kondisi bagaimana pun. Betapa nik matnya dipandang, jika pribadi kita santun, mau mendahulukan orang lain, rela mengalah dan mmberikan haknya, lapang dada,, pmaaf yang tulus, dn ingin membals kburukan dengan kebaikan serta kmuliaan. Saudaraku, Insya Allah. Andai diri kita sudh berjuang untk brprilaku lima S ini,
semoga kita termasuk dlm golongn mujahidin dan mujahidah yng akan mngobarkan kemuliaan Islam seba gaimana dicita-citakan Rasulullah SAW,.... Innama buitsu liutammima makarimal akhlak, Sesungguhnya aku diutus ke bumi ini utk mnyem purnakan kemuliaan akhlak.
By: JSikurma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar